Pertemuan AFIS Tegaskan Pentingnya Pembiayaan Sekunder dalam Pasar Modal Asia

7 September 2017, 10:37 WIB
Pembukaan Asia Fixed Income Summit (AFIS) keempat di Nusa Dua Bali/foto:kabarnusa

DENPASAR – Pembiayaan sekunder memiliki peranan signifikan dalam memperkuat pasar modal Asia sebagaimana ditekankan dalam pertemuan Asia Fixed Income Summit (AFIS) 2017 di Nusa Dua Bali.

Negara-negara Asia menjadi pasar potensial bagi investasi pasar fixed-income sehingga perusaahaan-perusahaan pembiayaan di kawasan ini diminta mempersipkan diri dalam menghadapi isu-isu dalam perekonomian global.

Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF Ananta Wiyogo mengungkapkan, kawasan Asia menjadi target investasi reksa dana pendapatan tetap (fixed-income).

Tentu saja, negara-negara Asia harus mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut investasi.

Dalam kerangka itu pula, digelarlah pertemuan Asia Fixed Income Summit (AFIS) keempat di Nusa Dua Bali yang dihadiri sekira 200 delegasi dalam dan luar negeri. SMF dipercaya menjadi host dari Asia Fixed Income Summit (AFIS) keempat.

Hadir sebagai pembicara kunci Wakil Menteri Keuangan  Mardiasmo, Direktur Jenderal Pembayaan Perumahan Kementerian PUPR Lana Winayati dan Wakil Dewan Komisioner OJK Nurhaida.

“Pertemuan ini menjadi sarana bertukar info  dan pikiran terkait isu-isu terkini dan perekonomian global Asia dan pasar fixed income di Asia,” tutur Ananta di Nusa Dua, Kamis (7/9/2017).

Ia menambahkan, lebih dari itu, bagaimana negara-negara bisa bersama-sama memperkuat peran perusahaan pembiayaan sekunder perumahaan dalam menghubungkan negara-negara kawasan Asia melalui kegiatan pembiayaan dan pendanaan di pasar modal.

Diketahui, tema yang diusung dalam pertemuan ini “Asia, INvestmen Destination” untuk menegaskan bahwa pasar modal Asia telah berkembang pesat juga banyak produk investasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor.

“Khusus Indonesia, disematkannya rating investment grade kepada Indoensia tentunya akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia,” jelasnya.

Ananta menambahkan, dalam lima tahun  terakhir pasar fixed income di negara-negara Asia rata-rata tumbuh dan berkembang dengan yield yang tipis. Sementara pasar fixed income Indonesia masih tumbuh denhan yield yang lebih tinggi sehingga tentunya akan lebih menarik bagi investor.

Potensi pembiayaan perumahaan di Indonesia masih sangat besar untuk diterbitkannya EBA KPR (Efek Beragun Aset Kredit Pemilikan Rumah). Diharapkan investor tertarikm berinvestasi pada efel yang diterbitkan PT SMF baik serupa Surat Utang Korporasi maupun EBA-SP.

Diskui menghadirkan pembicara di bidangnya untuk memberikan infiormai investasi di Asia khususnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini