NUSA DUA – Meski teknologi disebut-sebut bakal menggerus tenaga manusia bahkan ancaman penggangguran semakin nyata serirng perubahan ekonomi 4.0 namun para pelaku industri seperti minyak dan gas meyakini peran manusia tidak sepenuhnya bisa digantikan teknologi.
Peran penting manusia ini menjadi salah satu bahasan penting dalam pertemuan The 10th Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCChal, Badung Senin 17 September 2018
Chairman IHRS 2018, Shauqi Gombang Aleyandra menjelaskan, ada beberapa sektor pekerjaan dalam industri yang tergantikan kecanggihan teknologi. Meski begitu, dari hasil penelitian hingga satu dekade ke depan, hanya sekitar 15 persen saja teknologi dapat menggantikan peran manusia.
Dijelaskannya, berdasarkan hasil penelitian McKinsey Global Institute menyatakan, hanya sekitar 5 persen dari total pekerjaan yang ada saat ini yang dapat diotomasikan secara penuh. “Hingga sepuluh tahun ke depan itu maksimal hanya 15 persen saja,” papar Aleyandra, Senin 17 September 2018.
Peran manusia sebagai tenaga kerja kata dia, masih belum dapat tergantikan. Meskipun diakuinya kemampuan manusia untuk dapat bekerja dan beradaptasi dengan teknologi merupakan hal yang tak bisa dielakkan.
“Tenaga kerja harus didorong untuk meraih puncak prestasinya seperti kreativitas, inovasi dan intuisi. Taknologi tidak dapat menggantikan kinerja manusia, tapi lebih mendorong manusia untuk lebih kreatif, inovatif dan intuitif,” tutur dia
Di pihak lain, di tengah massifnya perkembangan teknologi muncul kekhawatiran teknologi akan menggantikan tenaga manusia dalam bekerja.
“Itu sebabnya pertemuan kali ini mengangkat tema ‘Humanizing Technology in Mananging Tomorrow People’.“Selama setahun kemarin, trennya ketika membicarakan teknologi yang diingat adalah bagaimana teknologi akan menggantikan manusia. Ada kekhawatiran akan hal itu,” tegasnya lagi.
Pada akhirnya, manusia tetap akan berkontribusi terhadap masa depan. Dengan kata lain. peran manusia tetap tidak tergantikan oleh teknologi. Beberapa industri yang menggantikan peran manusia dengan teknologi sekira 15 persen seperti terlihat pada sektor industri tertentu saja seperti kilang minyak, pabrik dan lainnya.
Perkembangan teknologiyang ada, misalnya kilang minyak di laut lepas sudah tidak ada manusia yang mengoperasikan karena semua sudah menggunakan kecanggihan teknologi yang dikendalikan manusia dari darat.
Untuk itu, Teknologi jangan sampai dianggap sebuah ancaman, melainkan alat bantu bagi manusia untuk meningkatkan kualitas diri dan pekerjaan. Dalam sesi konferensi pers itu, Wakil Ketua SKK Migas, Sukandar menjelaskan, dunia saat ini tengah bersiap menghadapi transformasi besar dalam bisnis industri yakni revolusi ekonomi 4.0.
Pengunaan teknologi ke depan dalam proses produksi akan semakin meningkat. Ini tantangan yang harus dihadapi. Tetapi, teknologi tidak akan menggantikan manusia. “Dia hanya mengubah dari tingkat kemampuan rendah menjadi kemampuan teknologi yang cukup kompleks. Jadi, potensi manusia yang mesti dioptimalkan,” jelasnya.
Sukandar menambahkan, teknologi, otomasi, tetap dibutuhkan dan sudah menjadi keharusan.
Hanya saja, tetap ada programmer dan operatornya. Itu tenaga manusia. Artinya, tetap ada pekerjaan yang tidak tergantikan mesin atau teknologi. “Tetapi ada juga pekerjaan yang tanpa teknologi tidak bisa jalan,” tutupnya. (rhm)