JAKARTA – Pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke -12 yang akan berlangsung 2-4 Agustus di Jakarta diharapkan turut mendorong perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di Tanah Air.
Staf Khusus Wakil Presiden untuk Ekonomi dan Keuangan Wijayanto Samirin menyatakan, UKM menyumbang hampir 60% dari pendapat domestik bruto di Indonesia.
Dengan begitu, keberadaan UKM ternyata mampu mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi.
UKM bisa mendorong ‘decentralized growth’, dalam arti mengarahkan pertumbuhan ekonomi yang tadinya didominasi perusahaan multinasional yang besar, ke pemberdayaan bisnis kecil.
“Jadi, UKM memastikan lebih banyak orang berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi,” ujar Wijayanto.
Dia mengatakan, guna menggapi cita-cita tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan ekonomi untuk menstimulasi pertumbuhan, seperti mempermudah izin pendaftaran UKM.
Kebijakan lainnya ialah revisi Daftar Investasi Negatif, yang membuka 19 sub-sektor usaha yang dialokasikan untuk UKM dan koperasi.
Selain itu, 62 sektor usaha lainnya dapat dimasuki investor asing hanya jika mereka berkoalisi dengan UKM.
Hanya saja, dia mengingatkan, ada faktor-faktor penting dalam kemajuan UKM yang tidak berkaitan langsung dengan kebijakan.
“Semangat kewirausahaan dan determinasi untuk sukses harus terintenalisasi di DNA para pelaku UKM.
Liberalisasi pasar tidak cukup untuk mengekspansi pasar, harus ada dorongan kuat dari para pelaku UKM sendiri,” katanya.
Dalam konteks itulah, Wijayanto mengapreasisi pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) di Jakarta, 2-4 Agustus ini, sebagai salah satu solusi mendorong perkembangan UKM Indonesia.
Misi WIEF salah satunya, menghubungkan para pebisnis dari seluruh dunia, termasuk negara-negara besar berpenduduk Muslim, untuk bertukar informasi dan membuka kesempatan berkolaborasi.
“Lewat forum seperti ini kesuksesan bisnis UKM di Indonesia, juga bisa berarti kesuksesan para pebisnis global yang berada di Indonesia,” kata WIjayanto menegaskan.
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya menambahkan. sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak, WIEF sangat memahami bahwa pemberdayaan UKM Indonesia adalah kunci pertumbuhan ekonomi.
Kata dia, Chairman WIEF sendiri, Tun Musa Hitam, yang menegaskan, ‘Indonesia is certainly well placed to unlock the business opportunities available in line with the spirit of the Decentralising Growth, Empowering Future Businessfor the benefit of all Indonesians,’.
“Indonesia yang beruntung apabila memaksimalkan peluang bisnis yang ada di WIFE nanti,” sambung ekonom Institute for Development, Economy and Finance (INDEF) itu.
Para Ekonom setuju. momentum penyegaran tim ekonomi dapat disandingkan dengan fenomena “disruptive technology” dan deregulasi ekonomi dalam12 Paket Kebijakan untuk membantu Indonesia mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi diatas 5% seperti yang ditargetkan APBN.
Usai momentum reshuffle, berhasil meyakinkan pasar tentang kondisi ekonomi Indonesia yang solid.
Potensi lain yang bisa dimanfaatkan: meluasnya disruptive technology atau teknologi disruptif.
Hampir 50% orang Indonesia memiliki telepon seluler dengan fitur internet. Memudahan‘disruptive technology’, gejala dimana transaksi bisnis jadi cepat dan hemat.
Ini membuka peluang konektivitas untuk banyak pemain ekonomi, terutama 58 juta UKM yang berkontribusi sangat signifikan terhadap perekonomian Indonesia,” terang dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini, Sabtu, 30 Juli 2016
Berly menjelaskan Teknologi Disruptif di bisnis dapat dipahami sebagai inovasi yang menciptakan pasar baru dan nilai yang baru.
Berly menekankan, ini adalah potensi untuk mengembangkan UKM, yang menyerap sekitar 90% tenaga kerja Indonesia, termasuk di bidang pertanian.
Laporan Deloitte yang berjudul SME’s Powering Indonesia’s Success menggarisbawahi 73% atau hampir 2/3 UKM Indonesia memiliki kapasitas digital yang sangat terbatas, sehingga tidak bisa memaksimalkan tren digitalisasi ekonomi yang sekarang sedang terjadi.
Deloitte mengestimasikan Indonesia UKM yang terdigitalisasi dapat meningkatkan pendapatannya sampai dengan 80% dan membuat mereka 17 kalilebih inovatif.
Pada akhirnya, lanjut Berly, mampu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 2% per tahun. (wan)