Pertumbuhan Ekonomi RI Tak Sentuh Sektor Rill

19 Februari 2014, 06:14 WIB
Ali Masykur Musa saat paparkan gagasan pembangunan ekonomi RI  di Denpasar (Foto:Kabarnusa)

Kabarnusa.com, Denpasar – Keberhasilan pembangunan yang ditandai meningkatkanya pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya menyentuh sektor riil sehingga angka kemiskinan terus bertambah.
 

Dalam pandangan calon presiden konvensi Partai Demokrat Ali Masykur Musa ada bebera[a kelemahan dalam sistem ekonomi yang menjadi dasar pembangunan dalam kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Setrategi pertumbuhan tidak dibarengi pemerataan signifikan. Yang terjadi, pertumbuhan hanya bersifat ekonomi makro yang bertumpu pasar modal.

Akibatnya, indeks harga saham di angka 4.500. Namun itu “tidak menyentuh pada sektor riil yang berbasis ekonomi rakyat.

“Itu sebabnya jumlah orang miskin kita masih tinggi sekitar 29 juta. 65 juta yang akan jatuh miskin. Mereka itu yang tidak tersentuh strategi pertumbuhan,” papar Ali yang anggota Badan Pemeriksa Keuangan RI ditemui Selasa 18 Februari 2014.

Kelemahan kedua, basis penerimaan negara yang menjadi komoditi, baik langsung maupun tidak langsung di pasar modal bertumpu pada sumber daya alam (SDA).

Batubara misalnya sampai di angka 400 ribu juta ton. Padahal Indonesia hanya butuh 85 ribu ton.

“SDA kita tergerus dan merusak lingkungan,” kata Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi (ISNU) itu.

Yang ketiga, ekonomi Indonesia terlalu terbuka untuk kepemilikan.

“62 persen batubara bukan dimiliki BUMN atau perusahaan nasional. Sawit juga sama, 65 persen dikuasai asing,” katanya.

“Keempat, pusat pertumbuhan masih terpusat di kota besar,” tegasnya.

Akibatnya, investasi di Indonesia 57,8 persen masih di Pulau Jawa, equivalen dengan Rp230 triliun.

“42 persennya dibagi di Indonesia. Itulah timpang,” imbuhnya.

Meski mengkritik kelemahan setrategi pembangunan saat ini, Ali memuji beberapa keberhasilan selama kepemimpinan SBY.

Dua kelebihan ekonomi SBY adalah pertama, pertumbuhannya yang cukup stabil.

“Rata-rata SBY memimpin pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, meskipun 3 tahun terakhir meningkat diangka 6 persen lebih,” paparnya.

Kelebihan kedua, adalah penerimaan negara naik signifikan selama 10 tahun kepemimpinannya.

“Sebanyak 4,5 kali dari APBN dari 2004 dan 2009,” sebutnya.

Karenanya, dengan melihat kelebihan dan kekurangan itu, Ali mengggulirkan pemikiran bagaimama membenahi ekonomi.

Kata dia, pertummbuhan tidak boleh turun dari 6 persen angka pertumbuhan ekonomi.

“1 persen ekonomi dapat merekrut 750 ribu tenaga kerja. Saya yakin 5 tahun tinggal 6 juta orang miskin,” katanya.

“Tax rasio kita harus dinaikkan tidak 12, 6 dari PDB. Di beberapa negara di dunia itu 16 persen. Kalau 15 persen, pendapatan negara mendekati Rp3 ribu triliun,” tambahnya.

Kelemahan itu dibenahi dan keunggulan itu dipertahankan, maka dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat.

“Saya menamakan langkah ini sebagai langkah menuju Indonesia adil, makmur dan bermartabat,” katanya.

Pertama tadi, ekonomi makro harusa dibarengi ekonomi mikro. Basis UMKM harus ditingkatkan.

“44 persen jumlah penduduk Indonesia sektor informal. Itu perlu didorong,” imbuhnya.

Pertumbuhan harus ditopang tidak saja dari SDA tapi juga ditopang devisa dari pariwisata dan budaya serta sektor maritim dan lainnya.

Ketiga, investasi harus didistribusikan secara merata. “MP3EI masih belum direalisir. Pusat pertumbuhan ekonomi khusus di 10 koridor harus segera direalisir,” ungkap Ali Masykur Musa.

Keempat, menyangkut apa yang disebutnya pertumbuhan ekonomi harus menunjukkan kekuatan ekonomi dalam negeri.

“Dengan 250 juta penduduk itu potensi ekonomi. Perdagangan ditopang oleh luar dan dalam negeri,” tutupnya. (kto)

Berita Lainnya

Terkini