![]() |
ilustrasi |
Kabarnusa.com – Petani di Subak Awen, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali belakangan ini mengeluhkan biaya operasional sumur bor untuk mengairi sawah sangat mahal, terutama pada musim kemarau.
Pasalnya pada musim kemarau ini air dari hutan mengering dan petani terpaksa menggunakan sumur bor bantuan pemerintah untuk mengairi sawah mereka agar bisa tetap menanam padi.
“Untuk mengairi sawah dengan sumur bor, petani harus mengeluarkan biaya Rp 50 ribu perjamnya. Ini terlalu memberatkan,” terang Klian Subak Awen, Putu Tirta kepada wartawan Selasa (24/6/2015).
Menurutnya, kendala yang dihadapi para petani tidak lain sumber air. Jika memasuki musim kemarau sumber air dari pegunungan mengecil bahkan mengering.
Kondisi ini mengharuskan petani menggunakan sumber pengairan dari sumur bor dengan biaya yang sangat tinggi lantaran harga bahan bakar solar mahal.
Sementara untuk mengairi sawah satu hektar diperlukan waktu hingga berjam-jam.
Berbeda dengan mesin penyedot air dengan listrik, jauh lebih hemat. Karena itu Subak berharap ada solusi agar para petani bisa menggunakan listrik untuk menyedot air.
Dijelaskannya, perbandingan untuk satu jam, mesin listrik biayanya Rp 30 ribu. Karena itu mereka berharap ada instalasi listrik hingga ke mesin penyedot air di sawah.
Luas areal sawah di Subak yang bergantung dari sumber air tanah ini mencapai 30 hektar.
Keluhan itu disampaikan para petani kepada Komisi B DPRD Jembrana saat sidak belum lama ini.
Anggota Komisi B DPRD Jembrana, Ketut Catur mengatakan selain mahalnya ongkos menggunakan mesin berbahan bakar solar itu, juga menimbulkan suara bising saat malam hari.
Pasalnya, di sekitar areal sawah terdapat permukiman warga. Pihaknya berharap ada instalasi listrik ke subak dan petani bisa menyedot air menggunakan mesin bertenaga listrik.
Hal ini perlu diperhatikan melindungi petani berkiblat pada Perda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Lahan sawah di wilayah Awen sangat kering dan tidak dialiri air. Karena itu para petani menggantungkan sumber air dari sumur bor tersebut.
Sejumlah sawah disini juga sudah mulai berubah fungsi menjadi permukiman. Namun tak sedikit petani yang tetap bercocok tanam dan mempertahankan sawahnya kendati biaya untuk mendapatkan air lebih besar.(dar)