Potensi Pasar Menjanjikan, KKP Ajak Masyarakat Budidayakan Sidat

12 Juli 2020, 11:35 WIB

Dengan melimpahnya jumlah benih sidat di Indonesia yang
dapat ditemukan seperti di muara sungai pesisir selatan pulau Jawa,
bahkan hingga ke Sulawesi, harus dapat dimanfaatkan guna meningkatkan
produksi budidaya dan nilai ekspor/KKP.

Banyuwangi – Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo menyampaikan Komoditas Sidat merupakan salah satu memiliki potensi besar untuk bisa ditingkatkan pada sektor industri perikanan.

Menteri Edhy menyampaikan itu saat mengunjungi lokasi budidaya ikan sidat di Desa Bomo Kecamatan Blimbingsari Banyuwangi Jawa Timur Jumat (10/7/2020).

Dengan melimpahnya jumlah benih sidat di Indonesia yang dapat ditemukan seperti di muara sungai pesisir selatan pulau Jawa, bahkan hingga ke Sulawesi, harus dapat dimanfaatkan guna meningkatkan produksi budidaya dan nilai ekspor.

“Indonesia saat ini merupakan peringkat 10 di dunia sebagai pengekspor sidat dengan kualitas terbaik dengan harga yang termasuk paling mahal di dunia , dan hal itu akan coba kita terus tingkatkan” lanjut Edhy.

Di seluruh dunia untuk budidaya sidat baru pada tahap  pembesaran  dengan benih masih mengandalkan hasil tangkapan di alam, namun sedang diupayakan untuk dapat dilakukan pembenihannya. 

Perusahaan dengan segmen usaha pembesaran sidat hendaknya dapat melibatkan seluruh elemen masyarakat seperti dengan mengimplementasikan kemitraan model inti plasma, dengan perusahaan sebagai intinya.

Edhy menyatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk dapat mencarikan solusi untuk permasalahan yang timbul seperti perizinan dan pemasaran.

Kesulitan akan dijembatani dan dicarikan solusi bersama pemerintah daerah dan elemen masyarakat lain untuk peningkatan produktivitas budidaya sidat.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menyatakan KKP mendorong pengembangan budidaya  sidat di kawasan – kawasan potensial. Namun mengingat benih yang masih didapatkan dari alam perlu untuk dilakukan pengelolaan secara bertanggung jawab guna menjaga keberlangsungan habitat sidat tetap lestari.

Guna menjaga kelestarian dan keberlangsungan populasi sidat, pemerintah juga telah mengatur dalam Peraturan Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan RI No 19 tahun 2012 mengenai larangan pengeluaran benih sidat dari wilayah Indonesia, dimana untuk ukuran kurang dari atau sama dengan 150 gr per ekor dilarang untuk diekspor.

Perlu dijalin kesepakatan antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, nelayan, pembudidaya, peneliti, akademisi serta pemerhati lingkungan untuk membangun komitmen pengelolaan sidat di Indonesia yang bertanggung jawab dan lestari.

Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan serta penggunaan benih untuk budidaya dengan ukuran sesuai ketentuan turut menjadi faktor penunjang keberhasilan usaha budidaya yang dilakukan” pungkas Slamet.

Diketahui, selama siklus hidupnya ikan ini berperan sebagai ikan air tawar yakni mulai dari fase glass eel, elver hingga dewasa, kemudian menjadi ikan laut saat akan memijah hingga stadia telur.  Setelah memijah, ikan dewasanya akan mati.

Lokasi pemijahan Anguilla bicolor bicolor memijah dekat perairan lepas palung Mentawai Sumatera, sedangkan Anguilla marmorata di bagian barat Pasifik Utara. Sebaran Elver di Pelabuhan Ratu dan Cilacap, pantai selatan Jawa, ada sepanjang tahun dan puncaknya pada bulan Desember – Februari dengan komposisi terbanyak jenis Anguilla bicolor bicolor dan sedikit Anguilla marmorata.

Menurut data sementara, hasil produksi sidat di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 515.18 ton atau mengalami kenaikan produksi hingga 59% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara itu Head of Aquaculture JAPFA Group, Ardi Budiono menyatakan pihaknya melakukan kemitraan dengan beberapa pengusaha lokal untuk dapat membesarkan benih sidat dari ukuran glass eel sampai menjadi elver atau proses Shirasu jika menggunakan istilah dari perusahaan.

Kata dia, proses ini memakan waktu kurang lebih 4-5 bulan hingga benih mencapai ukuran 2-3 gram.

Setelah mencapai ukuran 2-3 gram per ekor, kami tampung hasilnya di perusahaan untuk dapat  dibesarkan hingga mencapai ukuran panen yakni 250 gram per ekor. Proses selanjutnya adalah dikirimkan ke pabrik pengolahan, untuk dijadikan produk olahan siap santap.

“Model integrasi budidaya dan pengolahan sidat ini merupakan satu-satunya di Indonesia” jelas Ardi.(lif)

Berita Lainnya

Terkini