Putri Koster Ingatkan Ancaman Gangguan Mental Anak Akibat Informasi Palsu Medsos

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster mengingatkan bahaya dan ancaman gangguan mental khususnya pada anak akibat membanjirnya informasi palsu atau fake di media sosial.

10 Mei 2022, 12:49 WIB

“Menegur jangan sampai menggurui karena anak-anak di jaman “alpha” memiliki kecerdasan, daya kritis dan hidup dalam tingkatan ekonomi yang berbeda jauh dengan kita orangtuanya”, imbuh Putri Koster.

Ketua STMIK I Made Artana menambahakan, secara basic orang tua dan anak-anak di jaman “alpha” memiliki perbedaan yang begitu sangat jauh.

Apabila orang tua jaman dahulu hidup dan tumbuh dengan perekonomian yang masih rata-rata menengah ke bawah, sedangkan anak-anak jaman alpha ini terlahir dalam kondisi perekonomian yang orangtuanya sudah mulai mapan dan perkembangan informasi teknologi yang begitu pesat.

Putri Koster Harapkan Remaja Bali 2021 Jadi Duta Anti Narkoba

“Hal ini menyebabkan orangtua harus melek teknologi dan memiliki cara pendekatan kepada anak yang berbeda pula,” tukasnya.

Mereka yang rentan banyak menyaring informasi lebih banyak dari dunia maya, berpotensi akan memiliki daya nalar dan daya pikir yang kritis, sehingga orangtua mau tidak mau wajib memperkaya informasi.

“Pendekatan dengan anak-anak yang kita lakukan dijaman digital ini bisa du upayakan dengan dilakukannya pembatasan waktu penggunaan gadget, bukan hanya berlaku bagi anak-anak namun juga berlaku bagi orangtua sebagai contoh.

Libur Lebaran, Trafik Data XL Axiata di Bali dan NTB Naik 27 Persen

Perlu dilakukan pendampingan saat anak-anak sedang menggunakan gadget, karena penyebarluasan informasi di media sosial tidak sepenuhnya mampu mendidik dan membangun karakter anak dengan baik apalagi usianya yang juga belum sepenuhnya sesuai.

Informasi yang ada di media sosial juga tidak sepenuhnya menghibur, namun bisa saja akan memberikan tekanan terhadap karakter seseorang, dimana penyebaran informasi yang salah dan palsu mendominasi untuk menyakiti mental seseorang.
Disamping itu dapat juga menimbulkan Fear Of Missing Out (FOMO) dimana akan muncul rasa takut yang berlebihan dan merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu.

“Yakni sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru seperti berita, tren dan hal lainnya,” tutup Made Artana. ***

Berita Lainnya

Terkini