Badung – Rapat koordinasi wilayah Rakorwil Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Bali Nusra menyepakati untuk mengembangkan Industri pangan di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Rakorwil Balinusra diikuti anggota TPID Bali Nusra dan dipimpin oleh Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri pada 9 Desember 2022.
Dari Rakorwil terungkap beberapa hal penting yakni tren inflasi volatile food di Balinusra sudah November 2022 sudah mulai
terkendali.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyebutkan, keberhasilan pengendalian inflasi yang dilakukan Pemda, TPID, dan seluruh stakeholders,
“Ketiga pengembangan industri pangan di Bali Nusra yang diharapkan mampu menjaga ketersediaan pasokan dan kestabilan harga pangan,” tandas Trisno Nugroho.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur terus memfasilitasi dan mendorong berbagai langkah untuk menstabilkan harga.
Pada kesempatan sama saat membuka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Bali dan Nusa
Tenggara (Bali Nusra), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menyampaikan bahwa pengendalian
inflasi di Indonesia dilakukan dari sisi supply dan demand dengan mengedepankan sinergi antar lembaga
dengan prinsip gotong royong.
GNPIP hadir mengoptimalkan upaya dan aksi nyata dalam stabilisasi harga pangan dan mendorong produksi guna meningkatkan ketahanan pangan secara
terintegrasi serta berdampak nasional.
“Kita harus mendorong sinergi pengembangan inovasi dan digitalisasi
pertanian seperti yang telah dilakukan oleh TPID Bali Nusra melalui aplikasi B`Pung Petani dalam membangun
ketahanan pangan di daerah”, ujar Destry.
Dampak dari penguatan sinergi tersebut sudah terasa, secara nasional inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2022 tercatat sebesar 5,42% (yoy) menurun dari bulan sebelumnya sebesar 5,71% (yoy).
Inflasi volatile foods juga turun menjadi sebesar 5,7% (yoy) dari
puncaknya di bulan Juli yang sekitar 12%, inflasi inti juga mulai stabil di level 3,30% (yoy) dari bulan lalu yang sebesar 3,31% (yoy).
Dengan berbagai kebijakan dan penguatan sinergi, maka tekanan inflasi akan terkendali dan berada di rentang sasaran 3,0±1% pada 2023, dan 2,5±1% pada
2024, dengan inflasi inti akan berada di rentang sasaran lebih awal pada paruh pertama 2023. ***