Ramaikan FHA di Singapura, Pemerintah Dorong Kuliner Nusantara Go-Global

26 April 2018, 22:48 WIB
Delegasi Indonesia tampil di ajang FHA 2018 di Singapura

SINGAPURA– Indonesia mengirim para delegasi bidang kuliner untuk menyemarakkan pameran kuliner terbesar se-Asia, Food Hotel Asia (FHA) 2018 di Singapura sekaligus sebagai upaya pemeritah dalam mendorong kazanah kuliner nusantara bersaing ke tingkat dunia atau Go-Global.

Melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), turut  menghadirkan para delegasi dengan berbagai inovasi kuliner yang menyajikan cita rasa nusantara.  Paviliun Indonesia yang berlokasi di Hall 5D2-07, Singapore Expo Center tersebut hadir mulai tanggal 24-27 April 2018.

Pada perhelatan hari kedua FHA dihadiri Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak yang meninjau langsung proses business-to-business (B2B) masing-masing produk.

Joshua mengungkapkan, pemerintah terus mendukung produk ekraf seperti kuliner untuk go global, selain fasilitasi dalam kegiatan yang membawa nama negara seperti ini.

“Kami juga terus aktif memberikan pelatihan di bidang pemasaran tentang branding, promosi dan publikasi produk untuk menarik minat konsumen,” ungkap Joshua dalam rilis.

Dia mencontohkan, sambal sebagai salah satu produk kuliner yang terkenal turut hadir mewakili cita rasa nusantara dalam FHA 2018. Chillibags, sebuah perusahaan kuliner yang memproduksi berbagai jenis sambal khas berbagai daerah mendapat respon positif dari para pengunjung.

Dalam pelaksanaan hari kedua FHA 2018, perusahaan asal Bogor ini sudah dikunjungi potensial buyer dan distributor tidak hanya dari Indonesia namun juga Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Untuk rasa mereka memberikan pujian, apapun varian yang mereka coba, walaupun ada yang kepedasan tetapi tidak menyesal untuk mencobanya,” ujar Founder Chillibags Yenni Tandaputra.

Pada pameran kali ini mereka menampilkan 11 varian sambal, 5 varian bumbu nasi goreng, 1 varian asinan, misalnya ikan kayu, cumi, terasi, petai, cengek, kari, dan terasi untuk nasi goreng.

Selain sambal, di paviliun Indonesia juga ada teh hijau yang menarik perhatian potensial buyer untuk dipasarkan di Singapura dan Malaysia.

Para pengunjung sangat tertarik karena menggunakan non-dairy creamer dan kita sudah aware dengan tidak menggunakan produk turunan sawit dan susu.

Mereka yakin produk kita ini vegan friendly, lebih sehat, anti alergi dan mereka juga suka karena rendah gula,” kata Tea Technical Officer Matchamu Dhiksta Olya W. Ia menjelaskan pengunjung yang datang melihat produknya kebanyakan dari Malaysia karena memiliki budaya minum teh, terlebih lagi karena harga yang mereka tawarkan lebih murah.

“Pengunjung Matchamu 50% adalah distributor, 30% dari food services resto dan hotel, sisanya 20% adalah Original Equipment Manufacturing (OEM),” tambah Dhiksta.

Bagi Dhiksta ini adalah kali pertama perusahaan mereka mengikuti pameran kuliner terbesar di Asia, “kami sangat antusias sekali,” katanya.

Sama seperti hari pertama pameran, hari kedua ini kuliner khas nusantara seperti validasi soto dari Foodlab Indonesia yang menyajikan Soto Banjar dan Soto Ambengan serta kopi dari Upnormal Coffee Roasters juga dipadati pengunjung.

“Baru dibuka 5 jam, soto sudah ludes diserbu,” ucap Founder Foodlab Indonesia Bonnie Susilo.

Ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia terus tumbuh, berdasarkan kontribusi PDB, sub sektor kuliner tahun 2015 adalah yang terunggul berdasarkan survei khusus ekraf oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencapai 41,69%. Ekraf bertujuan menghasilkan nilai tambah dari sebuah produk, dan produk tersebut harus memiliki kreativitas dan inovasi yang menarik. (*))

Berita Lainnya

Terkini