![]() |
Pekerja migran tertahan di Nunukan Kalimantan Utara karena belum menjalani vaksinasi untuk perjalanan pulang kampung/Dok. KSP |
Nunukan- Ratusan pekerja migran didominasi dari Nusa Tenggara Timur yang ingin pulang kampung usai dari bekerja di luar negeri tertahan di Nunukan Kalimantan Utara.
Satu diantaranya Maria Magdalena yang menginap sementara di komplek rumah susun
Nunukan, Kalimantan Utara.
Tim Kantor Staf Presiden (KSP) yang mendampingi perlindungan
pekerja migran, Kamis (5/8) mendapat cerita jika Maria sudah sebulan berada di Nunukan, Kalimantan Utara.
Selama sepuluh tahun dia bekerja sebagai pembantu rumah
tangga di Serawak, Malaysia.
“Saya mau pulang,” kata Maria, sambil
menyebut Adonara, Nusa Tenggara Timur sebagai rumahnya sebagaimana dalam siaran pers KSP.
Sesampai di Nunukan, agen perjalanan yang sudah menerima pembayaran
2.000 ringgit (sekitar Rp 7 juta) dari Maria, angkat tangan.
“Saya sudah
bayar ongkos tiket untuk barang dan anak saya juga,” ucap Maria.
Persoannya, sebulan terakhir ini, saat PPKM diberakukan, setiap perjalanan jarak jauh harus dilengkapi
sertifikat vaksin.
Sang agen tak sanggup memenuhi syarat itu. Mereka
langsung ‘melemparkan’ Maria dan anaknya ke kantor Unit Pelaksana Teknis
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (UPT BP2MI) di Nunukan.
Maria
dan Kristabelle tidak sendiri. Mereka hanya dua dari 204 pekerja migran
asal Nusa Tenggara Timur yang Senin (3/8) lalu tiba-tiba muncul di
kantor BP2MI Nunukan.
“Mereka ini bukan kami tangkap, tapi menyerahkan
diri ke kantor saya,” kata Hotma Victor Sihombing, Kepala UPT BP2MI
Nunukan.
Kata dia, agen perjalanan yang sudah menerima pembayaran langsung melepas
tanggungjawab.
Victor berkoordinasi
dengan sejumlah instansi di Nunukan. Mereka harus segera ditolong.
Dari
kantor BP2MI, mereka diangkut ke penampungan sementara rumah susun di
wilayah Nunukan Selatan.
“Siapa yang akan mengurus mereka, ngasih makan,
dan tempat tinggal sementara?” kata Victor pada KSP.
Masalahnya
kepulangan 204 pekerja migran Indonesia ini tanpa rencana, apalagi
pemberitahuan.
“Mereka datang secara ilegal lewat jalur-jalur tikus,”
kata Victor. Beruntung dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
bersedia menanggung kebutuhan makan mereka.
Pihaknya masih harus mengupayakan para
pekerja migran untuk segera mendapat vaksin. Problemnya vaksin masih
cukup langka di Nunukan. Dari 180 ribu penduduk Nunukan, baru sekitar
sepuluh persen yang menerima vaksin pertama.
Banyak pekerja migran tidak segera mendapat jatah vaksin, mereka
akan terjebak di Nunukan lebih lama lagi.
Pihaknya sudah
mengupayakan agar daerah tujuan para pengungsi itu bisa menerima mereka
hanya dengan hasil test PCR.
“Daerah tujuan masih belum mau (menerima).
Tapi kita terus berupaya sambil mengupayakan vaksin buat mereka,” kata
Victor.
Mereka kemudian pekerja migran
mendapatkan layanan test PCR.
Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Nunukan, Abdul Munir, menuturkann para pekerja migran akan
menjalani dua kali test PCR untuk memastikan mereka tidak terpapar
Covid-19.
Hingga siang tadi, diketahui ada 6 pekerja migran yang
positif. “Kami sudah pisahkan dan isolasi mereka,” kata Munir.
Saat test PCR dilakukan, mereka mendapat kabar kedatangan 25 ribu dosis
vaksin untuk Kabupaten Nunukan.
“Semoga para pekerja migran ini bisa
mendapat jatah. Supaya mereka bisa segera pulang ke rumah,” Victor menambahkan. (rhm).