‘Rawayan Jati Sunda’, Upaya Pelestarian Lingkungan dengan Metode Keseimbangan

16 Oktober 2021, 09:50 WIB

AVvXsEgkp ZAhMKYLwcjGb YD2TOyWFHNfAI8eMAd iIvSVVvimVQGiGwS dufPncb0SbthCEjOI52moV1aoELrtArVDwBHuRq1KytnhbGtPkMsvgCxqQVhv71ac0SFMWb5cr6wZ9VYjj4P8Y kGIWjKaL14hvkjUgfU LMvOzM7LsRa9AMAsFVQbgYOQvqNg
Kegiatan penebaran ikan endemik Walungan Cipanas, Sumedang yang diinisiasi Yayasan Darabasa/Dok.Yayasan Darabasa

Sumedang – Peringatan satu tahun Gerakan Bersih-bersih Walungan Cipanas yang di inisiasi oleh Yayasan Darabasa telah memicu sektor lainnya untuk terus dimaksimalkan. 

Gerakan yang lahir dari keprihatinan sebagian masyarakat ini merupakan akibat dari proses dimana attitude dan sikp hidup sebagian masyarakat yang tidak ramah terhadap lingkungan. 

Karakter inilah yang menjadi awal bagi terbersitnya ide untuk melakukan gerakan sosial yang terus menerus tanpa harus berbasis anggaran tapi berbasis pada langkah konkret masyarakat. 

Zaman terus berubah, dimana pembangunan maha dahsyat terus dilakukan pemerintah dlm upaya pemerataan. 

Tanpa kecuali di Sumedang, lokasi Kecamatan Conggeang dan Buahdua merupakan titik strategis dari proyek besar pemerintah saat ini, dimana pembangunan Tol Cisumdawu on progres di wilayah ini. 

Hal ini akan bertemu dengan tol Cipali yang sudah jadi, di tambah dengan Pembanguan Waduk Cipanas di perbatasan Sumedang Indramayu. 

Wilayah Conggeang merupakan bagian hulu dari aliran sungi Cipanas yang sedang di bendung dimana progres airnya kelak untuk menjadi ketersediaan air baku serta irigasi juga perikanan. 

Sebaran daerah pertanian di Indramayu dan Majalengka akan bergantung dari adanya waduk ini. 

Di dalam aliran air sungai Cipanas terkandung mineral yang banyak yang menentukan kualitas air. Dalam aliran ini juga hidup ikan yang menjadi khas aliran ini yang memiliki citarasa yang unggul. Sebutlah ikan putih atau lalawak yang di percaya menjadi endemi sungai ini. 

Namun karena sikap kurang bertanggungjawab sebagian masyarakatnya populasi ikan ini semakin menurun. 

Oleh karena itu dalam konteks kali ini Yayasan Darabasa bersama dengan Karaton Sumedang larang berupaya keras untuk agar ikan ini tidak punah di habitatnya. 

Maka upaya penyebaran benih kembali dilakukan sudah ketiga kalinya selama kurun waktu satu tahun ini. Keseimbangan ekosistem di hulu sungai sangat penting artinya bagi keberlangsungan ekosistem lanjutan.

Selain Karaton Sumedang Larang Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sumedang juga sangat mendukung upaya ini

“Tanggungjawab ini merupakan tanggung jawab kolektif antara pemerintah dan steakholder di masyarakat,” tutur  Kepala Seksi Kemitraan DLHK kabupaten Sumedang Enjang Koswara pada awal pekan lalu.

AVvXsEiHnn1DYoSZUDjahioDjcEfZ 6tegUJBQXjUnyW K26ukOm4Qj0IF2pZWJCpNPhNdfJXue3U9ZLkLpECc WQ4lWy5EII7rgMoqolX8M4msRotQPxL8ALwMn
Karaton Sumedang Larang diwakili Radya Anom R. Luky Djohari Soemawilaga bersama Edah Jubaedah pendiri Yayasan Darabasa saat kegiatan penebaran ikan endemik

Karaton Sumedang Larang diwakili Radya Anom R. Luky Djohari Soemawilaga menuturkan, karaton sebagi institusi budaya sangat berkepentingan untuk tetap lestarinya asset budaya yang berdasar pada kehidupan dan ekosostem sungai. 

“Ke depan hal ini juga bisa menjadi daya tarik Sumedang bagian Utara,” sambungnya

Senada dengan Luky , Edah Jubaedah sebagai pendiri Yayasan Darabasa ini menyatakan komitmennya untuk terus konsisten dalam pergerakan yang berdasar pada keyakinan Rawayan Jati Sunda.

“Keyakinan itu adalah konsep keseimbangan yang dilakukan antara manusia dengan penciptanya, manusia dengan manusia, juga manusia dengan alam,” imbuhnya. (Edah Jubaedah)

Artikel Lainnya

Terkini