![]() |
ilustrasi/net |
Denpasar – Sejumlah elemen masyarakat yang peduli kesehatan di Bali berencana menggalang dukungan untuk menolak pertemuan industri rokok Asia atau World Tobacco Asia 2019 yang akan digelar di Surabaya, Jawa Timur.
Ketua Center of Excellence for Tobacco Control and Lung Health (CTCLH) Universitas Udayana, I Made Kerta Duana mengungkapkan, aksi penggalangan dukungan bagi penolakan pertemuan tersebut, bersamaan dengan digelarnya perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), di Kawasan Renon, Denpasar, Minggu (26/5/2019).
“Bersamaan perayaan HTTS, kami akan galang dukungan menolak pertemuan WTA di Surabaya,” tegas Duana dalam perbincangan, Sabtu (25/5/2019).
Sementara, peringatan HTTS setiap 31 Mei, digelar sebulan penuh dengan berbagai kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat, mahasiswa dan kelompok-kelompok remaja hingga instansi atau lembaga lainnya di Bali.
Disebutkan Duana, di Kabupaten Klungkung, diisi kegiatan berupa pembentukan gerakan bersama remaja anti rokok (Gebrak) yang merupakan bentuk komitmen Bupati Nyoman Suwirta, yang menginginkan setiap desa memiliki ketahanan dalam mendukung kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Setiap desa, ada 50 orang yang akan mendorong lingkungan dan masyarakat untuk menjalankan program KTR dan upaya lainnya dalam pengendalian tembakau. “Gebrak, ada setiap desa mereka mendapat SK jika aktif kegiatannya, bisa mendapatkan dana desa,” imbuh Duana.
Kegiatan lainnya di Denpasar, para pegiat KTR aktif melakukan penandaan di kampus-kampus di Bali. Tercatat, sudah ada 30 kampus yang sudah mendapatkan penandaan KTR. Kalangan kampus dan mahasiswa juga memeberi respon yang baik terhadap gerakan itu.
Pada intinya, kegiatan itu bagian dari upaya menjadikan kampus sebagai daerah bebas paparan asap rokok smoke free. Untuk itu, penandaan dilakukan dengan papan KTR berukuran besar, yang dipasang di setiap puntu masuk kampus.
Selain itu, para pegiat KTR dari kalangan mahasiswa bersama petugas Satpol PP melakukan penandaan di restoran-restoran di Denpasar. Hal ini dilakukan, merujuk dari rendahnya penerapan KTR di restoran.
“Kegiatan ini masih berjalan, saat ini sudah ada 150 restoran yang sudah ditandai seperti di daerah Renon, Sesatan dan lainnya,” imbuh pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana ini.
Kegiatan turun langsung ke lapangan, melibatkan juga tim pembina KTR Kota Denpasar dan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
“Tanggapan restoran cukup bagus, mereka tidak anti KTR, hanya belum mendapat intervensi langsung pemerintah, jadi upaya ini efektif dalam memberi informasi kepada masyarakat,” sambungnya.
Dukungan dalam rangka perayaan HTTS juga dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Bali, yang berkomitmen dalam mendukung KTR, mencipatakan lingkungan yang sehat dan bersih di jajarannya.
Rencananya, pada 29 Mei mendatang, Dishub Bali akan mengumpulkan 60 organisasi atau lembaga di bawah pembinaan Dishub termasuk termimal atau pengelola jasa angkutan transportasi dan wisata, juga akan diundang.
“Kami akan sampaikan, tentang penerapan kebijakan KTR ini, mengingat sarana transportasi yang ada, masih banyak dijadikan media promosi rokok bahkan juga sebagai tempat perilaku merokok,” sambung Duana yang juga Ketua IAKMI Bali.
Yang menarik, kata Duana, puncak peringatan HTTS, dirangkaikan dengan aktivitas sehat berupa lomba lari sehat nasional dengan tema Lungs on the run. Kegiatan disokong Kemenkes tersebut, juga digelar kota besar lainnya seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya dan Denpasar.
“Para peserta yang mengikuti lomba lari melibatkan komunitas pelari, mahasiswa dan lainnya dengan sistem pendaftaran virtual running,” sebut Duana.
Jadi, para pelari, bisa menggunakan aplikasi dalam smartphone atau android, yang mewajibkan dalam sebulan minimal telah lari sejauh 50 kilometer. Setelah tercatat, lari sejauh 50 km, mereka akan mendapat piagam penghargaan yang akan diserahkans secara simbolis pada 29 Mei.
Ajang itu, juga upaya untuk mendorong perilaku hidup sehat. Hidup sehat dimulai dengan perilaku yang baik dengan berolahraga untuk mewujudkan kesehatan masyarakat.
Acara juga disemarakkan dengan aksi teatrikal mahasisa dan mural cap kaki di paru, sebagai simbol upaya dalam mewujudkan kesehatan masyarakat terhindar paparan asap rokok, melindungi paru dari perilaku tidak sehat seperti merokok. (rhm)