Refleksikan Perjalanan Bangsa, Komunitas Nitirupa Pamerkan 20 Karya

17 September 2019, 23:00 WIB
Pembukaan pameran bertajuk Samya di Santrian Art Gallery, Denpasar

Denpasar – 20 karya yang merupakan hasil perenungan terhadap kondisi terkini negeri ini dari sepuluh seniman yang tergabung dalam Komunitas Nitirupa digelar dalam pameran bertajuk “Samya” di Santrian Art Gallery, Griya Santrian Resort & Spa, Jl. Danau Tamblingan 47, Sanur.

Acara dibuka pemain teater dan pencinta seni Happy Salma Jumat, 13 September 2019 pukul 18.30 Wita. Pameran bakal berlangsung hingga 31 Oktober 2019.

Para perupa dari Komunitas Nitirupa yang berpameran kali ini adalah Galung Wiratmaja, Loka Suara, Made Gunawan, Made Wiradana, Nyoman Sujana Kenyem, Pande Alit Wijaya Suta, Putu Bambang Juliarta, Teja Astawa, Uuk Paramahita, dan Wayan Redika.

Koordinator Komunitas Nitirupa Wayan Redika mengatakan, pameran ini berawal dari perbincangan tentang isu-isu lokal hingga sejumlah peristiwa yang terjadi di negeri ini.

“Topiknya sangat beragam, baik perihal lingkungan, ekonomi, politik, nasionalisme, dan berbagai persoalan aktual lainnya,” tutur Redika.

“Pihaknya bersepakat untuk mengusung pameran yang berpijak dari perenungan tentang berbagai kondisi tersebut,” katanya. Menurut Redika judul pameran “Samya” diambil dari bahasa Kawi atau Jawa Kuna yang artinya seimbang atau keseimbangan.

Sejatinya, inilah puncak dari seluruh pergolakan pemikiran para perupa komunitas ini dan bagaimana keseimbangan itu bisa diwujudkan? Ketidakseimbangan yang terjadi di berbagai tempat telah mengancam tatanan kehidupan.

Kenyataan yang dihadapi dan impian tentang idealisasi kehidupan pun semakin membentang dalam batas yang entah kapan saling mampu menjangkau.

Masyarakat di Pulau Dewata memiliki rujukan tentang Trihita Karana, tetapi Bali sendiri kini semakin kehilangan wujud kesadaran dalam memberi arti yang sebenarnya atas filosofi adiluhung tersebut.

Sehingga yang dinikmati saat ini hanyalah keseimbangan yang tak seimbang. Merosotnya kesadaran manusia, degradasi pikiran dalam menjaga setiap langkah yang menguatkan napas kehidupan yang menjadi inspirasi dalam daya kreasi dan pijakan penciptaan visual.

“Karya yang ditampilkan merupakan penggalan rasa bagi seniman atas inovasi dan kemampuan masing-masing menangkap esensi dari keseimbangan itu sendiri,” demikian Redika. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini