Denpasar – Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), organisasi regional pembela hak-hak digital menilai serangan digital terhadap kelompok kritis di Indonesia semakin kuat bernuansa politis.
Sepanjang 2021 terdapat setidaknya 193 insiden serangan digital. Jumlah ini naik 38% jika dibandingkan insiden pada tahun sebelumnya, 147 insiden. Puncak serangan terjadi pada September (34 insiden), lebih tinggi dibandingkan rata-rata serangan tiap bulan, sekitar 16 insiden.
Berdasarkan pemantauan dan analisis SAFEnet, situasi hak-hak digital di Indonesia sepanjang 2021 belum membaik. Represi digital masih marak terjadi termasuk pembatasan akses Internet, kriminalisasi terhadap ekspresi warga di media sosial, dan maraknya kekerasan berbasis gender online (KBGO), maupun serangan digital terhadap masyarakat sipil.
Garap Bisnis Gaming Asia Tenggara, Telkomsel Ekosistem Digital dan AMAB Bentuk ‘Majamojo’
“Situasi hak-hak digital di Indonesia masih belum membaik, di tengah pandemi yang mulai terkendali, justru represi digital makin tinggi,” kata Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto, dalam peluncuran Laporan Situasi Hak-hak Digital Indonesia 2021 pada Rabu (2/3/2022).
Kata dia, jika melihat pada latar belakang korban serangan, makin terlihat bahwa serangan digital di Indonesia memang semakin politis.
Sebagaimana terlihat dari tingginya serangan terhadap kelompok kritis, yaitu aktivis, jurnalis dan media, mahasiswa, dan organisasi masyarakat sipil yang mencapai 58,95% dari total serangan.
Pelatihan SIEJ, Pentingnya Perlindungan Informasi dan Data dalam Perangkat Digital