Sekda DIY Ni Made Dwipanti Minta PPPK Baru Jadikan ‘Adab Jawa’ Pondasi Transformasi Birokrasi

Sekda DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti menekankan penetapan PPPK formasi 2022 dan 2023 upaya Pemda DIY memperkuat profesionalisme birokrasi.

27 November 2025, 04:44 WIB

Yogyakarta– Pemerintah Daerah DIY secara resmi melantik 1.413 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dari berbagai jabatan fungsional pada Rabu (26/11). Pelantikan ini menandai langkah strategis Pemda DIY dalam menata manajemen ASN, sekaligus memperkuat kualitas layanan publik.

Dipimpin oleh Sekretaris Daerah DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, mewakili Gubernur DIY, acara yang digelar secara hybrid ini tak hanya menjadi seremoni pelantikan, tetapi juga panggung penegasan visi birokrasi masa depan: birokrasi yang berbasis impact dan menjunjung tinggi nilai budaya.

Dalam sambutannya yang inspiratif, Ni Made menekankan penetapan PPPK formasi 2022 dan 2023 ini adalah bagian dari upaya Pemda DIY untuk memperkuat profesionalisme birokrasi. Ia secara tegas mengubah paradigma kinerja ASN.

“Setiap tugas jabatan fungsional harus berorientasi pada impact, bukan sekadar angka penilaian,” ujar Ni Made Dwipanti.

Menurutnya, peran ASN kini semakin strategis, di mana kontribusi mereka harus langsung terasa dalam penyelesaian persoalan daerah.

Ia menyoroti keterkaitan kinerja ASN dengan agenda reformasi birokrasi tematik nasional, termasuk penurunan kemiskinan, peningkatan investasi, pengendalian inflasi, hingga percepatan digitalisasi layanan publik, serta fokus pada mutu pendidikan dan kesehatan.

Penekanan khusus diberikan kepada guru dan tenaga kesehatan. Ni Made Dwipanti mengingatkan guru adalah pilar penting dalam menjaga reputasi DIY sebagai kota pendidikan.

Tugas mereka melampaui mengajar; yaitu membangun ekosistem pembelajaran yang inovatif dan inklusif.

“Kehadiran Anda semua memperkuat responsivitas pemerintah daerah dalam memberikan layanan kepada masyarakat,” tambahnya, merujuk pada PPPK di bidang sosial, kehutanan, infrastruktur, budaya, dan lainnya.

Meskipun kompetensi teknis—yang diperlukan untuk kinerja terukur dan berbasis data—adalah keharusan, Ni Made Dwipanti menegaskan kemampuan teknis saja tidak cukup. Ia menyoroti pentingnya adab sebagai fondasi fundamental.

“Adab adalah pondasi. Dalam falsafah Jawa ada empan papan, yaitu bagaimana kita menempatkan diri, menjaga tutur, menghormati aturan, menghargai kolega, dan melayani masyarakat dengan rendah hati,” terangnya.

Ni Made menutup pesannya dengan mendorong para ASN untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Mereka diharapkan mampu mengembangkan literasi digital, mengambil sertifikasi profesi, dan menjadi “engine of change” yang tidak hanya bekerja di masa depan, tetapi turut membentuk masa depan birokrasi DIY yang teknokratis, efisien, dan human-centered, namun tetap berpegang pada nilai budaya.***

Berita Lainnya

Terkini