Denpasar – Indonesia dipercaya oleh dunia menjadi negara tempat penyelenggaraan G20, ditengah pandemi. Presidensi G20, Indonesia telah menetapkan tiga isu prioritas, yaitu arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi.
Universitas Udayana Bali bekerjasama dengan penerbit buku nasional RajaGrafindo Persada mendapatkan kesempatan dan momentum yang tepat dalam mengadakan seminar kebangsaan yang bertema “Presidensi G20, Mengkaji Peran Poltik Luar Negeri Indonesia di Era Pemerintahan Jokowi” yang diselenggarakan pada hari Selasa (24/5/22) di Auditorium Kampus Udayana.
Acara ini dibuka dengan meriah oleh Wakil Rektor III Universitas Udayana, Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT.,Ph.D, IPU., dan perwakilan penerbit buku RajaGrafindo diwakili oleh Nur Arianto. Hadir pula perwakilan dari Pemerintah Provinsi Bali diwakili oleh Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra SH., untuk pemateri seminar disampaikan oleh Dr. I Gede Palguna, S.H.,M.Hum sebagai pembicara nasional terkait Hukum Internasional, beserta dosen Hubungan Internasional senior, Sukma Sushanti, M.Si sebagai pembicara terkait politik luar negeri.
Presiden Jokowi Bahas Persiapan KTT G20 Dengan Sejumlah Pemimpin Negara
Palguna sebagai mantan Hakim Mahkamah Konstitusi menyampaikan “Tidak ada salahnya Indonesia mengambil inisiatif sebagai presidensi G-20 untuk melobi kedua negara eks Uni Soviet ini agar menghentikan perang. Bukan semata-mata demi kepentingan anggota G-20, melainkan juga untuk kepentingan nasional Indonesia. Sebab, perang dua negara ternyata berpotensi membawa dampak destruktif terhadap perekonomian nasional”.
“Yang menikmati adalah warga negara Indonesia, jika Presiden Joko Widodo berhasil memerankan pertemuan Presiden Rusia dan Presiden Ukraina. Indonesia akan menjadi negara demokrasi terbesar ke 4 dunia, karena keberhasilan G20 dapat membuka mata negara barat bahwa negara Indonesia mampu menjadi negara yang demokratis. Boleh juga disebut “Dari Indonesia, Dunia Pulih Bersama”, tambah Palguna yang pada saat datang tanpa kawalan protokoler kenegaraan.
Sukma Sushanti, sebagai dosen Hubungan Internasional Udayana lulusan UGM menambahkan “Presidensi G20 Indonesia bersifat imparsial dan netral. Dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, sesungguhnya Indonesia memiliki posisi strategis. Terutama dalam konteks sebagai mediator konflik”.
Perkuat Budaya Literasi, UNP dan RajaGrafindo Persada Kerja Sama Penerbitan Buku