Yogyakarta – Seni khususnya karya seni lukis mampu menjahit bagian-bagian yang terpisah dari sejarah perjalanan kehidupan manusia.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian, Kerjasama & Alumni Fakultas Filsafat UGM, Dr. Iva Ariani, menyatakan itu saat saat membuka acara Kamis 26 Mei lalu.
Ia mengatakan, seni sejatinya amat misterius. Apa yang sulit tertuangkan dalam kata-kata baik tertulis maupun lisan, akan mampu ditampung oleh setiap ekspresi seni yang tergores di atas kanvas.
Komitmen Merawat Keberagaman dan Toleransi, UGM Bangun Kawasan Kerohanian
Maka tidak heran jika karya seni rupa dapat sungguh menggetarkan hati para penikmatnya, di samping tafsiran di atasnya yang juga beragam, tergantung dari perspektif dan latar belakang sejarah penikmatnya.
“Hal ini menunjukkan bahwa seni, khususnya karya seni lukis, mampu menjahit bagian-bagian yang terpisah dari sejarah hidup manusia,” tegasnya dilansir dari laman ugm.ac.id.
Pameran seni rupa bertajuk Ratau Nyetip digelar Fakultas Filsafat UGM. Pameran melibatkan 15 perupa yaitu Sriyadi Srinthil, Irwan Guntarto, Taufik Oblonk, Bambang Raharjo, Sigit Ananta, Etun, Basori, Yuniarto Inul, Robert Nasrullah, Sulardi, Nugroho, Ferry Yusuf, Riyanto, Sri Wahyuningsih, dan Sumartono.
Mahasiswa ISI Denpasar Dalami Seni Lukis Cat Air di Pameran IWCS