Menurut Satrio Welang, menulis puisi baginya adalah bentuk berekspresi seperti pulang ke ‘rumah’, memasuki ruang dalam paling sunyi, dengan renung peristiwa kehidupan yang mendorong puisinya bergerak.
Luminosa berarti cahaya, puisi sebagai salah satu karya susastra diharap mampu menjadi penerang kala kita tersesat dalam gelap, berjibaku memburu kesejatian dan upaya mengeksplorasi nilai kehidupan.
Lembar-lembar puisinya dapat dinikmati sebagai satu kesatuan artistik. Luminosa beraroma bunga, tetumbuhan, yang didominasi citrus yang segar.
The Patra Bali Percantik Area Lobi dan Restoran, Siap Sambut Momen Liburan Akhir Tahun
Video art yang berdurasi 4 menit ini disutradarai secara artistik oleh Legu Adi Wiguna dari Quito Art Studio ini mengusung tema Art Luxury Elegant, masih mengunakan topeng Sekartaji yang ikonik dalam setiap penampilan teatrikal Satrio Welang.
Proses penyuntingan video art ini digarap oleh seniman muda, Eka Widya Putra, pemenang piala ‘Film Terbaik’ Sawma Movie Awards 2017 silam.
Dalam kaitan project parfum puisi, Satrio Welang berkata,” Parfum ini dapat dimaknai secara simbolik sebagai sebuah katarsis di zaman kini, di mana terlalu banyak hoax dan fitnah bertebaran. Tak jarang kita saling menyakiti. Mengumbar kebusukan demi kebusukan yang pada akhirnya tak sadar membuat mental generasi bangsa jatuh. Minder.
Terima PROPER EMAS, Danone Indonesia AQUA Mambal Wajib Aplikasikan Prinsip Ekonomi Hijau
Hanya berpangku tangan dan parahnya menjadi generasi yang kehilangan kharakter. Bumi tempat tinggal ini perlu diharumkan dengan spirit kreatif yang menjadi kendaraan terus melaju. Manusia memang tak akan pernah bisa membunuh ‘ular’ dalam diri. Hanya saja bisa hidup di atasnya. Mengendalikannya.”
“Saya sempat bekerja berkelana mengelilingi dunia. Bertemu dengan begitu banyak orang asing,” katanya.
Dalam pergaulan luar, kita perlu meningkatkan kepercayaan diri dan kebanggaan akan budaya yang begitu kaya.
HKSN 2023 dan Hari Disabilitas Internasional di Bali, Momentum Tingkatkan Solidaritas dan Rasa Sosial
Parfum ini dikemas dengan unsur artistik, semoga menjadi media komunikasi lintas bangsa bagi kawan-kawan saya yang ada Eropa dan Amerika.”
Ia pun berseloroh, “Waktu kita dalam hidup ini tidak banyak, lakukan apa yang ingin dilakukan. Nikmati hidup dalam gairah kreatifitas seni. Mari berselancar!”
Teater Sastra Welang sendiri baru saja meluncurkan Antologi Puisi Palestina se-Indonesia, ‘Burung-Burung di Langit Merah’, sebagai bentuk menyuarakan perlawanan akan penindasan, polemik bertahun-tahun yang terjadi di Timur Tengah. ***