Sensasi Kelezatan Kuliner Masa Lalu, Nasi Moran Sela Yehembang

7 Juni 2015, 19:31 WIB


Kabarnusa.com – Kenangan masa lalu bagi sebagian orang menjadi kerinduan dan muncul keinginan untuk merasakan masa-masa itu lagi.

Tak terkecuali dalam hal kuliner, berbagai makanan atau jajanan masa lalu menjadi kerinduan bagi lidah untuk mencicipinya lagi.

Bagi masyarakat Jembrana, Bali, khususnya di Desa Yehembang, Kecamatan
Mendoyo, Jembrana, warga mengenal nasi moran sela (nasi dicampur
ketela).

Nasi ini sempat populer ketika terjadi krisis pangan pada masa
penjajahan dan revolusi. Kuliner dengan bahan nasi yang dicampur ketela
ini, menjadi alternatif untuk makanan saat itu.

Terbatasnya nasi membuat masyarakat mencampurnya dengan ketela dengan berbagai lauk pauk khas pedesaan.

Kini, sensasi kenikmatan kuliner masa lalu itu kembali bisa diminati warga Jembrana.

Di salah satu warung di Pasar Senggol Yehembang, nasi itu bisa diperoleh
dari pagi hingga siang hari. Kuliner itu pun dikembangkan oleh desa
setempat.

Hasilnya pun cukup menggembirakan, sangat diminati warga yang memang
rindu dengan kuliner masa lalu itu. Lantaran rasanya yang khas dan unik,
membuat lidah bergoyang.

Biasanya nasi ini bisa didapati di pasar-pasar tradisional, namun kini oleh desa diberikan tempat di Pasar Senggol.

Bahan yang digunakan cukup sederhana dan mudah diperoleh di sekitar
Yehembang.  Beras dicampur ketela, dengan lauk jukut gondo, gerang (teri
digoreng) dan kocing (ikan laut), sate babi dan ayam suwir.

Dalam lauk itu juga disertai sambal khas, yakni sambal lindung (belut)
berikut kuah yang dipisahkan. Harganyapun relatif murah. Cuman Rp 7000
satu porsi.  

Kepala Desa Yehembang, I Made Semadi mengatakan belakangan ini desa
mengembangkan kembali kuliner kreatif yang diminati masyarakat.

Nasi ini berkembang saat masa-masa dulu, ketika masyarakat mengalami
krisis pangan. Bagi sejumlah masyarakat yang pernah merasakan, nasi ini
masih diminati.

Bahkan hanya beberapa jam buka, nasi yang dijual di warung di Pasar Senggol Yehembang itu habis.

“Kami mendorong adanya kreativitas mengembangkan kuliner masa lalu ini, dan memang terbukti diminati,” terang Semadi.(dar)

Berita Lainnya

Terkini