DENPASAR – Dua ormas terbesar di Pulau Dewata Baladika Bali dan Laskar Bali akhirnya bisa duduk bareng sepakat damai dan mengakhiri konflik untuk bersama-sama menjaga Bali tetap kondusif. Selama ini, kedua ormas berpengaruh itu terkesan kurang bisa akur, hingga tak jarang terjadi gesekan di bawah mengakibatkan jatuhnya korban.
Dalam pertemuan itu, Ketua Harian Laskar Bali, I Ketut Rochineng berharap tak hanya di kalangan pimpinan namun juga perdamaian tercipta hingga akar rumput. Dengan perdamaian ini kata Rochineng, segala persoalan yang pernah terjadi antara dua ormas itu dianggap selesai.
“Masalah yang lalu anggap sudah selesai. nol lagi. Jangan sampai ada masalah di Bali,” tegasnya lagi, Minggu (5/2/2017). Untuk itu, harus diwujudkan dalam bentuk nyata realita di lapangan. Setelah pertemuan berlangsung hangat penuh kekeluargaan itu, akan dilanjutan deklarasi.
Pihaknya menyadari, segala hal yang berkaitan Bali akan menjadi persoalan besar dan disoroti dunia internasional. “Bali ini kecil. Apapun yang terjadi ter-ekspose di dunia internasional. Kita harus jaga. Siapa yang menjaga ya, kita ini. Kita harus bersatu,” jelasnya di Istana Taman Jepun Denpasar.
Rencanannya, jika draf selesai dibuat, dilanjutkan deklarasi 14 Februari sehingga hal itu akan memjadi momen penting bagi sejarah ormas di Bali. Mereka juga menegaskan bahwa menjaga NKRI adalah harga mati.
Ormas sebagai bagian dari masyarakat Bali memang sejatinya mesti menjaga dalam situasi dan kondisi apapun. Sehingga tidak ada lagi pertumpahan darah lagi di Bali. Bali merupakan jendela Indonesia di mata dunia. Maka kita harus menjaga keamanan dan kedamaian Bali. Ketentramannya juga harus dijaga.
Dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal Baladika Bali, Komang Mertajiwa, mengaku pertemuan dengan rasa persaudaraan ini setidaknya mengkikis dugaan, paradigma di masyarakat jika kedua ormas ini tidak akur dan mengganggu keamanan.
“Akan kita buatkan draf tindak lanjut sebagai bentuk deklarasi damai kita. Ini tonggak awal agar kami betul-betul bermanfaat untuk Bali,” tegas Metajiwa.
Pertemuan dihadiri pula Direktur Intelkam Polda Bali, Kombes Wayan Sukawinaya dan petinggi kedua ormas yakni Ketua Umum DPP Baladika Bali Ida Bagus Sucipta alias Gus Bota dan Ketua DPP Laskar Bali Gung Alit, Ketua Dewan Pembina Baladika Nyoman Gde Sudintara, Waketum, Bagus Jagra Wibawa, Sekjen Laskar Bali Ketut Ismaya, Sekjen Baladika Bali, Mang Lokho, Dewan Penasehat Laskar Bali Gung Suma serta Dewan Penasihat Laskar Bali Ketut Rochineng.
Sekjen Laskar Bali, Ketut Ismaya menegaskan komitmen mereka berjuang untuk Bali dan menjaga keutuhan NKRI.
“Kami ini saudara sebenarnya. Kenapa kita generasi sekarang tidak berjuang untuk Bali. Siapapun yang akan menngganggu Bali kami siap menjadi garda terdepan mengusir dan melawan mereka yang mengacau Bali dan NKRI harga mati,” janjinya.
Sementara Ketua Dewan Pembina Baladika Bali, Nyoman Gde Sudiantara menyatakan, kesepakatan damai dalam menjaga NKRI adalah harga mati. Ormas sebagai bagian dari masyarakat Bali sejatinya memang menjaga Bali dari kondisi apapun. Sehingga tidak ada namanya ormas akan bertikai atau menumpahkan darah sesama saudara Bali.
“Karena Bali merupakan Jendela Indonesia di mata dunia, maka kita harus menjaga kedamaian ketentraman di Bali,” ucapnya. “Ini juga menepis stigma bahwa kami dicap negatif sebagai perusuh di Bali. Kami buktikan bahwa kami bisa menjaga Bali,” kata pria yang disapa Punglik itu.
Penasihat Laskar Bali, Gung Suma menekankan kesepakatan ini merupakan kesadaran kedua belah pihak. Tidak ada tekanan atau dijembatani oleh pihak manapun. “Ini adalah kesadaran kami sendiri. kami menekankan, tidak ada yang bisa atau berusaha mengklaim atau memanfaatkan momentum ini,” demikian Gung Suma. (rhm)