Kabarnusa.com-Wawan (50), asal Probilonggo, Jawa Timur, hanya bisa menggerutkan jidat dan duduk lesu di halte bus dekat Taman Makan Pahlawan, Jembrana, sambil memandangi kendaraan yang lalu lalang di jalur Denpasar-Gilimanuk..
Laki-laki penjual trompet musiman ini berharap dari sekian ratus kendaraan yang lalu lalang di depannya ada satu yang berhenti untuk membeli trompet yang dia jajakan.
“Saya berjualan disini dari pagi hari. Tapi sampai sore begini satupun belum ada yang laku. Padahal malam tahun baru tinggal tiga hari lagi,” ujarnya lirih, Senin (28/12/2015) sore
Bahkan menurutnya hari pertama kemarin berjualan terompet, dia hanya mengantongi Rp 50 ribu dalam sehari. Padahal harga terompet yang dia tawarkan cukup murah dan terjangkau yakni hanya Rp 5000 per buahnya.
“Saya berjualan di sini mulai kemarin, tapi baru dapat jualan Rp 50 ribu. Untuk makan sehari jelas tidak cukup, belum lagi untuk bayar kontrakan,” keluhnya.
Menjelang tahun baru kali ini, dia mengaku menyiapkan 2000 buah terompet dengan modal yang dikeluarkan mencapai Rp 4 juta lebih. Sama dengan tahun baru sebelumnya.
Dengan kondisi sepi pembeli seperti sekarang ini dia kuatir akan merugi dan tentunya untuk tahun baru berikutnya dia tidak akan menjual trompet lagi.
“Kalau tahun lalu, dari 2000 trompet yang saya siapkan memang tidak semuanya habis terjual. Tapi saya masih bisa dapat untuk. Tapi sekarang kalau sepi begini pasti saya rugi,” tuturnya.
Sepinya peminat trompet menjelang tahun baru sekarang ini menurutnya lantaran pedagang kembang api dan petasan diberikan bebas berjualan. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya dibatasi bahkan dilarang oleh polisi.
“Karena banyak ada dagang kembang api dan petasan, trompet jadi tidak laku karena anak-anak lebih suka dengan kembang api atau terompet,” pungkasnya.(dar)