SMP Muhammadiyah 3 Mlati Ungkap Kronologi Dugaan Keracunan Massal MBG, Minta Peningkatan SOP

Buntut dugaan keracunan makanan dari program MBG SMP Muhammadiyah 3 Mlati, Sleman, menggelar pertemuan wali murid instansi terkait

14 Agustus 2025, 16:44 WIB

Sleman -Buntut dari dugaan kasus keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa sejumlah siswanya, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, Sleman, menggelar pertemuan dengan wali murid dan instansi terkait pada Kamis, 14 Agustus 2025.

Dalam pertemuan ini, pihak sekolah membeberkan kronologi kejadian serta memberikan imbauan agar program MBG dievaluasi secara menyeluruh.

Kronologi Kejadian

Kepala SMP Muhammadiyah 3 Mlati, Yulia Rachmawati, menjelaskan bahwa gejala keracunan mulai muncul pada Selasa malam, 12 Agustus 2025, setelah siswa mengonsumsi nasi rawon dari program MBG.

Gejala seperti diare dan sakit perut mulai dirasakan siswa setelah makan nasi rawon yang menjadi menu MBG hari itu.

Pada pagi harinya, kami mendapati banyak siswa tidak masuk sekolah dengan keluhan yang serupa,” ungkap Yulia.

Pihak sekolah mencatat, sekitar 83 siswa terdampak pada Selasa siang, namun jumlahnya diperkirakan bisa mencapai 90 orang. Hingga saat ini, sebagian besar siswa telah membaik, tetapi tiga siswa masih menjalani perawatan di RSUD Sleman karena mengalami gejala sesak napas.

Sebagai respons, sekolah meliburkan kegiatan belajar tatap muka dan beralih ke pembelajaran daring. Langkah ini diambil untuk memberi kesempatan siswa memulihkan kondisi fisik dan psikis mereka.

“Anak-anak terlihat lemas dan secara psikis juga pasti ada ketakutan. Untuk itu, kami memutuskan belajar dari rumah terlebih dahulu,” jelasnya.

Imbauan Sekolah dan Langkah Lanjutan

Menanggapi kejadian ini, SMP Muhammadiyah 3 Mlati untuk sementara menghentikan distribusi MBG dari pihak penyedia (SPPG) hingga hasil penyelidikan tuntas.

Saat ini, penyelidikan sedang dilakukan oleh Polsek setempat, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan BPOM, yang telah mengambil sampel makanan dan air dari dapur penyedia.

Yulia menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme penyediaan MBG. Ia meminta agar Standard Operating Procedure (SOP) diperketat, mulai dari pemilihan bahan, proses memasak, hingga distribusi ke sekolah.

“Yang paling penting adalah informasi kelayakan sampai jam berapa makanan ini layak dikonsumsi, karena memang dimasaknya kan sudah sejak malam. Nah, ini penting untuk kemudian sekolah mengetahui,” tegas Yulia.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sleman, Susmiarto, mengapresiasi langkah sekolah dalam memberikan klarifikasi. Ia juga mendukung evaluasi ketat agar program MBG tetap aman dan kepercayaan orang tua terjaga.

“Langkah sekolah mengundang wali murid itu bagus. Agar informasinya utuh, tidak simpang siur, dan tidak jadi isu liar. Evaluasi menyeluruh itu penting agar orang tua tetap percaya pada program MBG,” pungkas Susmiarto. ***

Berita Lainnya

Terkini