STISIP Margarana Ungkap Dugaan Politik Uang dalam Pilkada di Tabanan

17 Oktober 2015, 23:06 WIB

Ketua%2BKPU%2Btabanan

Kabarnusa.com – 
Tingginya angka partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 di Kabupaten
Tabanan yang mencapai lebih dari 80 persen  diduga akibat adanya politik
uang.

Terkait dugaan tersebut, KPU Tabanan lantas
menggandeng STISIP (Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik) Margarana untuk
mengadakan riset yang mengambil tema politik uang (Money Politics / Vote
Buying).

Riset dilaksanakan bulan Juni – Juli 2015
yang melibatkan 350 orang responden, dipublikasikan di Aula kantor KPU
Tabanan, Sabtu (17/10/2015).

Made Nuryata peneliti dari
STISIP Margarana mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian sikap
pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu ditemukan sebanyak 27 persen
responden lak-laki menganggap  politik uang merupakan hal yang wajar.

Sedangkan responden perempuan yang menganggap wajar hanya 23,3 persen.

Dilihat
dari usianya, responden yang berusia 26 – 33 tahun sejumlah 28,8 persen
menggap politik uang merupakan sesuatu yang wajar.

“Demikian
juga responden yang tinggal di pedesaan, sejumlah 26,5 persen
mengatakan politik uang merupakan hal yang wajar,” ujarnya.

Sedangkan
bila dilihat dari tingkat pendidikan, responden yang berpendidikan SMP
sejumlah 42,9 persen menyatakan politik uang hal yang wajar.

Sementara
dari sisi pekerjaan responden, tercatat responden yang berprofesi buruh
dan petani sejumlah 30,6 persen menyatakan wajar.

Pihaknya
juga meneliti perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu
ditemukan bahwa responden laki-laki ( 19,6 persen)lebih banyak menerima
uang atau hadiah dibanding responden perempuan sejumlah 15,1 persen.

 “Responden
yang berusia muda di bawah 25 tahun sejumlah 24,3 persen juga cenderung
menerima uang dibanding usia di atas 56 tahun,” paparnya.

Terkait
hasil penelitian tersebut, Ketua KPU Tabanan Luh Darayoni ditemui usai
publikasi riset menyatakan bahwa tingginya angka partisipasi pemilih
dalam Pemilu 2014 di Tabanan lalu tidak terbukti akibat adanya politik
uang.

 “Hanya sekitar 24 persen saja dari responden yang memilih karena politik uang,” tegasnya.

Menurut
Darayoni, pada Pemilu 2014 lalu Kabupaten Tabanan meraih angka
partisipasi tertinggi di Bali yaitu sebesar 84,58 persen saat Pileg dan
Pilpres sebesar 82,87 persen.

“Terbukti, tingginya angka partisipasi tersebut bukan karena politik uang,” tegasnya. (gus)

Artikel Lainnya

Terkini