Jakarta – Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera, seperti Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar), baru-baru ini bukan semata-mata musibah alam, melainkan sebuah bencana yang dibuat oleh manusia (man made disaster).
Pandangan tegas ini disampaikan oleh Tulus Abadi, seorang Pegiat perlindungan konsumen dan Ketua Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI).
Dalam pernyataannya, Tulus Abadi mendesak masyarakat untuk tidak menyalahkan alam. Menurutnya, bencana banjir di Sumatera dan wilayah lain di Indonesia adalah dampak langsung dari praktik penggundulan hutan (deforestasi) secara ugal-ugalan.
Penyebab utama krisis lingkungan ini adalah alih tata guna lahan yang masif. Lahan hutan diubah secara besar-besaran untuk berbagai kepentingan, antara lain:
Lahan Tambang.
Perkebunan, terutama ekspansi perkebunan kelapa sawit.
Tanaman pangan lainnya, bahkan untuk kebun tembakau.
Tulus Abadi menegaskan tindakan destruktif terhadap hutan ini dilakukan atas nama pembangunan, yang ironisnya justru mengundang bencana.
Ia menyebut banjir saat ini hanyalah “alarm awal dari alam” sebagai respons atas kerusakan yang terus terjadi.
Jika tidak ada mitigasi yang radikal dan upaya penyelamatan lingkungan yang serius, ia memprediksi bahwa bencana yang lebih dahsyat akan terus mengintai dan menjadi keniscayaan di masa depan.
Pernyataan ini menjadi seruan bagi pemerintah dan semua pihak terkait untuk segera menghentikan praktik perusakan lingkungan dan melakukan upaya restorasi demi mencegah bencana ekologis yang lebih parah. ***

