Strategi Jitu Bali Jaga Harga Stabil dan Ketahanan Pangan di Tahun 2025

Meningkatkan produktivitas pertanian adalah kunci untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan di Bali.

17 Februari 2025, 21:26 WIB

Denpasar-Bali terus berupaya menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga. Salah satu langkahnya adalah dengan meningkatkan produktivitas pertanian.

Untuk itu, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia, yang tergabung dalam TPID Bali, menggelar pertemuan penting pada 17 Februari 2025. Pertemuan bertajuk “Mewujudkan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Melalui Penguatan Lahan Pangan Berkelanjutan, Pengairan, dan Benih Unggul” ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan terkait.

Pj. Gubernur Bali, Drs. Sang Made Mahendra Jaya, M.H., membuka langsung acara ini. Hadir pula narasumber-narasumber ahli, seperti Dr. Ferry Irawan dari Kemenko Perekonomian dan Freddy dari Badan Pangan Nasional.

Dalam paparannya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan kabar baik. Inflasi tahunan Bali hingga Januari 2025 tercatat 2,41%, masih sesuai dengan target yang diharapkan.

Meski inflasi terkendali, tantangan dumia dan domestik tetap mengintai. Di panggung global, ancaman perang dagang dan gangguan rantai pasok energi serta pangan menjadi perhatian utama.

Sementara di dalam negeri, lonjakan permintaan saat HBKN, dari Ramadhan hingga Idul Fitri di Maret 2025, diperkirakan akan memicu kenaikan harga. Apalagi, periode liburan yang panjang juga turut memperparah situasi.

Komoditas seperti hortikultura, bahan bakar, dan minyak goreng menjadi yang paling rentan terhadap kenaikan harga.

Tak hanya itu, Bali juga memiliki pekerjaan rumah besar dalam mewujudkan ketahanan pangan. Luas lahan yang terus menyusut, rantai pasok yang belum efisien, dan minimnya pembiayaan sektor pertanian menjadi penghalang utama.

Meningkatkan produktivitas pertanian adalah kunci untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan di Bali.

Sinergi yang kuat antara berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal ini. Penguatan lahan pangan berkelanjutan, sistem pengairan yang handal, penggunaan benih unggul, hilirisasi produk pertanian, dan sistem resi gudang adalah beberapa langkah penting yang perlu dioptimalkan, sejalan dengan arahan Pj. Gubernur Bali.

Fokus peningkatan produktivitas pertanian yang dibahas dalam HLM TPID Bali kali ini juga selaras dengan kesepakatan yang dihasilkan dalam HLM TPIP 2025. Koordinasi yang erat antara pusat dan daerah menjadi kunci untuk mendorong peningkatan produktivitas pangan, sehingga ketersediaan pasokan tetap terjaga dengan baik. Hal ini ditegaskan oleh Deputi Kemenko Perekonomian.

Pemerintah pusat juga telah menyiapkan strategi jangka panjang untuk mengendalikan inflasi. Peta jalan pengendalian inflasi nasional telah disusun, dan akan diturunkan menjadi roadmap pengendalian inflasi daerah untuk periode 2025-2027.

Diskusi hangat juga membahas mengenai komoditas beras. Ironisnya, harga gabah kering di tingkat petani saat ini sangat rendah, sementara harga beras di tingkat konsumen justru melambung tinggi.

Harga beras tinggi karena gabah kering dari Bali dijual ke luar daerah untuk diolah, lalu dijual kembali ke Bali dengan harga lebih tinggi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, peran penggilingan padi (RMU) di Bali perlu diperkuat. Strategi memotong rantai distribusi hasil panen dapat dilakukan melalui optimalisasi Perumda sebagai offtaker maupun implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) untuk menjamin kepastian pasar dan menjaga stabilitas harga.

Bulog, Pertamina, dan Hiswana Migas memastikan komoditas beras, BBM, dan gas elpiji aman untuk menyambut HBKN.

Pj. Gubernur Bali menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya HLM TPID Bali 2025. Beliau mengingatkan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga di Bali.

Bali, sebagai destinasi wisata dunia, memiliki tantangan unik dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Permintaan pangan sangat dipengaruhi oleh musim kunjungan wisatawan.
Ketersediaan pangan harus selalu terjaga, baik untuk masyarakat lokal maupun wisatawan.

Sayangnya, luas lahan pertanian di Bali terus menyusut akibat alih fungsi lahan untuk pariwisata. Oleh karena itu, TPID Bali diharapkan lebih aktif berkolaborasi dan berinovasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Selain HLM, juga diadakan capacity building untuk anggota TPID dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja TPID Bali selama tahun 2024.

Dengan sinergi dan kolaborasi yang kuat, diharapkan sektor pertanian di Bali semakin produktif. Tujuannya adalah mewujudkan Bali yang memiliki ketahanan pangan yang kokoh, serta petani yang lebih berdaya dan sejahtera.***

Berita Lainnya

Terkini