Kabarnusa.com – Kandidat Kepala Daerah Karangasem dari PDIP, Wayan Sudirta-Made Sumiati, diingatkan agar konsisten pada komitmen menjaga Kesucian Pura dan Kawasannya, seperti diatur dalam Bhisama Parisada tentang Kesucian Pura.
Di tengah globalisasi serta kecenderungan manusia mengedepankan hal-hal duniawi dan material, godaan untuk mengeksploitasi alam dan lingkungan semakin besar, karena kepentingan pragmatis dan jangka pendek.
“Karena itu, Karangasem butuh pemimpin yang konsisten membela kesucian Pura dan kawasannya, karena di Bumi Lahar itu berdiri Pura Besakih, Pura Andakasa, Pura Lempuyang, Pura Silayukti dan lainnya,” kata Ida Rsi Agni Jaya Mukti, Keetua Pashraman Pandita PHDI Prov. Bali, dalam dharma wacana di Pura Silayukti, Senin (3/8/2015).
Serangkaian Tirta Yatra calon bupati-wakil bupati Wayan Sudirta-Sumiati beserta Tim Pemenangan dan Relawan di lima pura seperti Pura Silayukti dan Pura Goa Lawah.
Hadir Ketua PHDI Provinsi Bali, Prof.Dr. IGN Sudiana, MSi, Ketua Tim Pemenangan Wayan Sutena, Wakil Ketua DPD PDIP Bali Gung Triana Tira, Humas Tim Wayan Suara Arsana dan beberapa Relawan ”SMS” lainnya.
Menurut Ida Rsi Agni Jaya Mukti, kehadiran kandidat bupati-wakil bupati untuk pedek tangkil di hadapan Ida Bhetare, merupakan bentuk subhakti sekaligus mempersaksikan visi-misi dan program yang telah dijanjikan sebagai kandidat, agar nantinya ditaati.
“Kami punya kewajiban dan tanggung jawab moral, untuk memastikan calon pemimpin Karangasem ke depan benar-benar berkomitmen menjaga kawasan suci dan kesucian pura,” tandasnya.
Umat tidak boleh memilih karena diberi sesuatu, tetapi mesti cari pemimpin yang dipercaya akan mampu dan konsisten menjaga kelestarian lingkungan hidup, sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana.
“Yakni, penataan seimbang antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan,” ujar Pandita.
Kata dia, Umat dan rakyat mesti pintar memilih pemimpin yang track record-nya baik dan bisa dipercaya.
Jangan sampai menspekulasikan kesucian Pura kalau nanti yang didapat adalah pemimpin yang menjual kesucian pura untuk kepentingan pragmatis jangka pendek.
Umat harus berani bersabar, seperti sabarnya para leluhur memupuk nilai-nilai dan kebudayan, yang dibangun adiluhung sepanjang ratusan tahun.
“Kita mewarisi budaya yang adiluhung dan harus dijaga, antara lain dengan memilih pemimpin yang dipercaya bisa melakukan hal itu,” katanya. (rhm)