Palangka raya -Gelombang kecerdasan buatan (AI) yang kian merambah industri media menjadi sorotan utama dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) II Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalimantan Tengah.
Ketua Umum AMSI, Wahyu Dhyatmika, mengingatkan derasnya arus teknologi ini bukan sekadar peluang, melainkan juga ancaman nyata bagi keberlangsungan jurnalisme.
Menurut Wahyu, penggunaan AI oleh masyarakat untuk mencari informasi telah menekan kunjungan ke situs media hingga 30–40 persen.
“Media tidak lagi bisa hanya bergantung pada Google untuk mendatangkan pembaca,” tegasnya, sembari menekankan perlunya strategi baru agar media tetap relevan.
Lebih jauh, Wahyu menyoroti kecenderungan redaksi yang terlalu nyaman bekerja dari balik meja. Ia menyerukan agar jurnalis kembali ke lapangan, menghadirkan berita hasil verifikasi ketat, bukan sekadar mengejar klik.
“Jangan lagi terjebak pada angka semu. Banyak yang membuka berita itu bot, bukan manusia,” ujarnya lantang.
Wahyu juga berharap dukungan pemerintah daerah dalam memperkuat ekosistem media yang kredibel, profesional, dan mencerahkan masyarakat. Ia menambahkan, AMSI kini telah menaungi 500 media di 28 provinsi, menjadi salah satu pilar penting ekosistem informasi nasional.
Sementara itu, Ketua AMSI Kalteng Hairil Supriadi menegaskan Konferwil II bukan hanya ajang pertanggungjawaban kepengurusan tiga tahun terakhir, tetapi juga momentum regenerasi kepemimpinan.
“Kami ingin konferensi ini melahirkan ide-ide inovatif, baik dari sisi bisnis maupun pemberitaan, agar media tetap menjadi bagian dari pembangunan dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Konferwil II AMSI Kalteng pun tampil sebagai forum strategis, mempertemukan tantangan disrupsi teknologi dengan semangat menghidupkan kembali roh jurnalisme. Di tengah derasnya arus AI, panggilan untuk kembali ke lapangan menjadi gema yang tak bisa diabaikan. ***

