Kabarnusa.com – Sekira 300 penonton memberi aplaus pada konser musik gamelan Bali yang dibawakan kelompok gamelan Lila Cita pimpinan Andy Channing berhasil menghibur sekitar 300 penonton yang memenuhi gedung London Symphony Orchestra (LSO) bekas gereja St Luke’s di London, Sabtu 21 Maret 2015 malam.
Menariknya, meski membawakan musik gamelan Bali, hampir seluruh anggot Lila Cita adalah masyarakat Inggris. Pada pertunjukan malam itu menghadirkan penari bintang tamu Ni Made Pujawati.
Pertunjukkan musik gamelan dilanjutkan penampilan Saryani Asmayawati yang menampilkan tari Kebyar Duduk dan diikuti dengan penampilan musik Tabuh Telu Rare Manganti dengan komposer I Nengah Susila oleh Lila Cita.
Bintang tamu penari Ni Made Pujawati bersama Dewi Arianti, Widya Rachmawati dan Andrea Rutkowski membawakan tarian Demang Miring sebelum menutup dengan Joget Jaipongan.
Pujawati mempromosikan tarian Indonesia di Inggris sejak tahun 2000 atau sejak mengikuti sang suami ke Inggris.
Pujawati kemudian membentuk grup tari Lila Bhawa pada tahun 2002 di kota London.
Kantor Berita Xinhua melaporkan, sejak dibentuk, anggota grup tari tersebut semakin banyak yang membuat Made Pujawati semakin bersemangat mempromosikan tari-tarian Indonesia.
“Saya mulai dengan tarian Bali kemudian karena permintaan makin meluaskan untuk menari sekarang Lila Bhawa sudah bisa membawakan tarian-tarian Bali, Jawa Solo, Jawa Jogja, Betawi, Jaipongan, Sumatra,” ujar Pujawati Minggu 22 Maret 2015.
Lebih dari 30 orang telah bergabung dalam Lila Bhawa yang berasal dari Inggris, Amerika, Malaysia, Singapura, Indonesia, Jerman dan Jepang.
Andrea Rutkowski, wanita peranakan Jerman Jawa, serta Widya Rachmawati dari Jakarta dan Pagi Asmara dari Bali selain Ni Made Pujawati sendiri didapuk menjadi guru tari mereka.
Pujawatu merasa bangga jika hasil jerih payahnya menari dihargai masyarakat yang datang menyaksikan pertunjukannya dan juga tertarik untuk belajar menari.
Dia merasa sedih jika tidak menemukan penari untuk pertunjukan karena anggotanya sibuk dengan pekerjaan lainnya.
Kendati begitu, dia mengakui banyak hal yang berkesan selama menjadi penari di Inggris seperti pada acara “All Night Wayang di York”.
“Saya merasa bangga bisa berkumpul bermain bersama dengan beberapa grup Gamelan dari seluruh Inggris,” demikian Pujawati.
Konser dibuka dengan tarian Pendet oleh delapan penari anggota Lila Cita yang merupakan tarian selamat datang kepada penonton yang mengemari musik gamelan di Kerajaan Ratu Elizabeth tersebut.
Seniman Inggris Margaret Coldiron, pemain gamelan dan juga penari, pada malam itu merangkap pembaca acara mengatakan tari Pendet yang awalnya ritual menghormati dewa yang mengunjungi kuil diadaptasi untuk menghormati tamu di yang datang menghadiri pertunjukan pada malam itu.
Usai tarian Pendet dibawakan June Baker, Novida Barnes, Marselina E Binstead, Kathryn Cave, Reka Martin, Savitri Sastrawan, Juli Wisjaja dan May Yosiyanti, konser dilanjutkan dengan penampilan kelompok gamelan LSO St Luke Community yang menampilkan potongan musik Gilak dan dilanjutkan dengan Hujan Emas.
Para pemain gamelan dari kelompok LSO St Luke Community yang merupakan warga Inggris dengan terampil mengiringi tari Gopala yang juga dikenal dengan sebutan tarian Cowboy dengan kreaografer I Nyoman Suarsa dan komposer I Ketut Gede Asnawa.
Tarian yang sering dibawakan oleh para remaja di Bali itu dibawakan mengunakan topeng yang disebut Bondres dan merupakan karakter lucu dibawakan dengan jenaka oleh Pagi Asmara, Margaret Coldiron, Wayang Melayu, Prapanca Nugraha, Adijjima Na Patalung dan Jamie Zubairi. (gek)