![]() |
Persembahan tari duta kesenian Kota Denpasar di ajang PKB ke-41 |
Denpasar – Duta Kota Denpsar menampilkan tari kesari gandrung yang mengisahkan kelahiran hanoman dipentaskan untuk menghibur pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 di Taman Budaya Denpasar.
Tari Kesari Gandrung dan Tari Legong Kuntir sukses menghibur penonton. Demikian juga, pentas lainnya Parade Semar Pegulingan dibawakan Sekaa Gong Kerthi Yasa, Banjar Suwung Batan Kendal Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan mebarung dengan Karang Taruna Desa Melinggih Kecamatan Payangan Duta Kabupaten Gianyar di Kalangan Ayodya Taman Budaya Art Center Denpasar, Sabtu (29/6/2019).
Penampilan duta seni Kota Denpasar, ini dipentaskan dalam Semar Pegulingan dengan berbagai karya diantaranya Tabuh LampingTuban, Tabuh Kreasi Ngelindur Nada,vdan juga menampilkan Tari Legong Kuntir, Tari Kesari Gandrung.
Kordinator Pembina, Udha Pramesti saat diwawancarai mengatakan Tari Legong Kuntir dimana Tarian ini diinspirasikan dan berasal dari cerita berbahasa Sansekerta dari India yaitu cerita Ramayana.
“Tarian ini menceritakan dimana terdapat tiga orang putra seorang Rsi yaitu Arya Bang, Arya Kuning dan yang paling bungsu yaitu seorang wanita yang diberikan nama Dewi Anjani.
Suatu hari sang ayah memberi gelang kepada dua putranya, sedangkan sang putri diberikan sebuah cermin yang diberi nama Cupu Manik.
![]() |
Tari legong kuntir menyemarakkan pentas di panggung PKB ke-41 |
Cermin Cupu manik ini bisa melihat masa lalu, masa datang, dan masa yang akan datang. Arya Bang dan Arya Kuning menginginkan Cupu manik, sehingga menggunakan segala cara merampas cermin tersebut dari tangan sang adik.
Melihat kejadian tersebut, sang ayah marah kepada kedua putranya itu dan melemparkan Cupu manik hingga sampai ke dasar kolam. Akhirnya kedua putra berebut menyelam dan mencari Cupu manik hingga ke dasar kolam namun upayanya gagal.
“Apa yang terjadi, setelah mereka berdua keluar dari dasar kolam wajah kedua putranya tersebut berubah menjadi kera,” tuturnya.
Sedangkan Tari Kesari Gandrung menceritakan pemutaran Gunung Mandara Giri sebagai awal lahirnya Hanoman. Ketika Dewa Wisnu merubah wujudnya menjadi Dewi Mohini untuk merebut Tirta Amertha dari cengkraman para raksasa.
Kecantikan Dewi Mohini membuat kama Dewa Siwa terhempas dan dirawat Sapta Reseng langit. “Kama ini akan dibuahi ketika Dewi Mohini meniis ke dunia demikian pula dengan Dewa Siwa.
Dewi Mohini menjelma ke dunia menjelma menjadi Dewi Anjani sedangkan Dewa Siwa menjelma menjadi Raja Kera Kesari. Percintaan dan pembuahan kama yang tertunda itupun terjadi, dan kemudian lahirlah seorang anak yang diberi nama Marut Suta,
Karena pada saat pentransferan kama ke tubuh Dewi Anjani melalui bantuan Dewa Marut (angin). Marut Suta kemudian dianugrahi nama Hanuman oleh Dewa Indra untuk membayar kesalahan Dewa Indra karena, pernah mencelakai Marut Suta yang menyebabkan dagunya pecah.
“Di samping itu juga di pentaskan diantaranya Tabuh LampingTuban, Tabuh Kreasi Nge lindur Nada,” ungkapnya. (riz)