Kabarnusa.com – Warga Banjar Sekar Kejule, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, mengeluhkan mahalnya tarif air bersih PDAM.
Beberapa warga menuturkan, pembayaran rekening air PDAM mulai dari Rp 150 ribu hingga diatas Rp 200 ribu per bulan.
Warga lebih banyak menggunakan air dari PDAM untuk minum dan memasak. Sedangkan mandi dan mencuci kebanyakan warga memanfaatkan sungai.
Parahnya lagi, pembayaran air dihitung per KK. Padahal banyak warga yang memiliki satu kilometer air mencangkup dua atau tiga KK.
“Di rumah saya ada dua KK, yaitu KK saya dan KK anak saya. Sementaraa kran dan kilometer air PDAM hanya satu,” terang Ketut Kari, warga setempat, Sabtu 2 April 2016.
Kari dan anaknya masing-masing membayar dengan dua bukti rekening air.
Keduanya membayar Rp 150 ribu tiap bulan dengan dua rekening PDAM meskipun kilometer PDAM terpasang satu.
“Saudara saya bayarnya tiap bulan dua ratus ribu rupiah, kadang lebih. Padahal pemakaian air sedikit hanya untuk minum dan memasak,” terangnya.
Saking jengkelnya lantaran bayar air terlalu mahal, Kari berniat ingin membongkar kilometer PDAM.
Hanya saja, hal itu urung dilakukan karena kuatir dituduh merusak.
Keluhan yang sama juga disampaikan sejumlah warga lainnya.
Disamping pembayaran yang terlalu mahal, warga juga protes lantaran restribusi air PDAM tersebut tidak merata.
Kalau warga yang memiliki kran atau kilometer pribadi di rumahnya bayarnya paling tinggi empat puluh ribu rupiah.
“Tapi kalau warga mengambil air di kran air umum bayarnya masing-masing diatas seratus lima puluh ribu rupiah,” Ayu Murntini, warga lainnya.
Seharusnya jika mengambil air di kran umum pembayaran lebih murah karena yang makai banyak warga yang seharusnya bisa urunan.
Namun kenyataannya justru dipukul rata masing-masing diatas Rp 150 ribu per KK.
Karenanya, meminta pihak terkait segera turun tangan sehingga masalah ini bisa diatasi dan pembayaran air PDAM bisa diperingan atau diturunkan.
Perbekel Yehembang Kauh Ketut Mustika membenarkan sejumlah warganya mengeluhkan dan memprotes pembayaran air PDAM terlalu tinggi.
“Beberapa warga memang pernah menyampaikan keberatan kepada kami terkait hal tersebut. Kami sudah perintahkan kelian banjar setempat untuk mendata dan menyampaikannya kepada pihak PDAM,” tukas Mustika. (dar)