KabarNusa.com – Provinsi Bali terus berupaya mengembangkan sumber-sumber pakan ternak alternatif guna menekan biaya pakan pabrikan yang cukup tinggi.
Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, A.A.Ngurah Darmawan mengakui ada wacana pembangunan pabrik ternak di Bali.
Dari berbagai kajian, visible studinya disimpulkan jika Bali tidak layak jika Bali membangun pabrik ternak.
Asumsinya, memang tahun depan Bali seharunys bisa memiliki pabrik pakan, agar bisa meminimalis biaya atau mengurangi biaya pakan ternak. Namun,
Pihaknya terus mensosialisasikan pakan alternatif, sesuai potensi di masing-masing wilayahnya.
Kabupaten Karangsem yang sapinya lebih banyak hasilnya dibandingkan dengan kabupaten lain.
“Kita lebih fokus mensosialisasikan pakan alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya,” tutur Darmawan dihubungi wartawan JUmat (26/12/2014).
Dicontontohkan, pakan alternatif itu seperti buah kakao, kulit kopi untuk ternak, buah mete juga merupakan pakan tambahan untuk pakan ternak.
Soal usulan pembangunan pabrik pakan ternak di Bali, kata dia, telah ada visible studi (VS) atau kajian penelitian dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Pemrov Bali, bersama fakultas Peternakan Universitas Udayana.
Hasil studi kelayakannya, Bali tidaak layak memiliki pabrik pakan ternak. Memang kebutuhan pakan di Bali sangat tinggi yakni di kisaran 60 persen.
Saat ini ongkos usaha peternakan seperti usaha peternakan sapi potong mencapai Rp2,2 juta per ekor/tahun atau biayaya dalam kisara kisaran 50 sampai 56 persen untuk pakan.
Pakan ternak menjadi komponen dengan serapan biaya cukup tinggi sehingga kajian atau visible studi dilakukan Universitas Udayana khususnya dengan Fakultas Peternakan.
Selama ini, Bali mendatangkan pakan dari luar sehingga dilakukan kajian dari berbagai aspek, kesimpulannnya, Bali kita tidak layak didirikan pabrik pakan.
Persaingan dengan produk pakan dari luar, menjadi salah satu alasan sehingga jika pabrik tersebut jadi didirikan di Bali, harganya sama saja dengan produk pakan luar, bahkan jatuhnya lebih mahal. (kto)