Terbukti Membantu Pariwisata Bali, BTB Bantah WFB Jadi Penyumbang Kenaikan Covid-19

23 Juni 2021, 11:49 WIB
Ida Bagus Partha Adnyana Ketua Bali Tourism Board/GIPI Bali yang akrab
dipanggil dengan Gus Agung/Dok.BTB

Denpasar – Sejumlah asosiasi dan pelaku pariwisata Bali membantah bahwa
program Work From Bali (WFB) berkontribusi pada kenaikan COVID 19 di Bali
dalam beberapa hari terakhir ini.

Bantahan disampaikan Ida Bagus Partha Adnyana Ketua Bali Tourism Board/GIPI
Bali yang akrab dipanggil dengan Gus Agung, Selasa (22/6/2021). Karena situasi
pandemi hal seperti ini sangat normal terjadi, keadaan akan naik turun sampai
herd immunity terbentuk, jangan terlalu berlebihan.

Gus Agung mengaku berbicara dengan data dan fakta di lapangan, bahwa 3 green
zone (Sanur, Ubud, Nusa Dua) sebagai rujukan tempat WFB masih sangat
terkendali.

Dalam situasi saat ini semua pihak justru harus bersatu. Kalau memang ada yang
sakit saat bekerja di sini, dirawat. “Semua sudah kita siapkan mekanisme nya“
tandas Gus Agung yang didampingi Public & Media Relations Bali Tourism
Board, Grace Jeanie.

Pihaknya mengajak masyarakat dan semua stakeholder pariwisata untuk tetap
bergandengan tangan serta menciptakan situasi yang kondusif dan menyambut
berjalannya program Work from Bali dengan protokol kesehatan yang ketat dalam
pelaksanaan dan pengawasannya.

Senada dengan Gus Agung, Ketua ASITA Bali, Ketut Ardana juga kurang setuju
jika ada yang menyatakan bahwa program WFB adalah penyumbang kenaikan covid.

Work From Bali ini satu program yang menarik dalam upaya membantu kebangkitan
ekonomi Bali dari situasi pandemi. Menurut pelaku ASITA sepanjang Prokes
dilakukan dengan ketat dan tegas seharusnya bukan PPDN ini menjadi pemicu
lonjakan Covid karena yang datang itu adalah orang-orang sehat.

Artinya pada saat mereka akan datang ke Bali (WFB ) mereka seharusnya sudah
memenuhi aturan Prokes, Test Antigen harus negative, jika sudah di vaksin
lebih bagus lagi.

Karena itu, kecil kemungkinan ada yang lolos masuk ke Bali kondisi terjangkit.
Dan pihaknya meyakinkan masyarakat Bali relative sangat tertib dalam
menjalankan prokes.

Dia berharap WFB bisa berjalan dengan baik, saat ini ada 400 anggota kami,
tentunya pasti akan berdampak bagi anggota ASITA karena ada pemesanan tiket,
hotel dan lainnya.

Hal serupa disampaikan I Nyoman Sudiartha, SE ketua Angkutan Pariwisata Bali
yang memiliki anggota 150 pengusaha, dengan 2000 unit armada dan menyerap 6000
pekerja menyatakan sangat tidak setuju pernyataan tersebut.

“Ini sangat merugikan kami, yang selama ini berharap pariwisata bisa dibuka
kembali,” imbuhnya.

Sebaiknya data Covid dibuka saja, karena pihaknya sudah melakukan prokes
seketat-ketatnya apa benar karena WFB? WFB ini sangat membantu pariwsata Bali
meskipun volumenya masih kecil saat ini namun dampaknya dirasakan.

Jadi, jangan sampai masalah itu dipolitisasi karena pelaku usaha dan
masyarakat sangat berharap pariwisata bisa pulih kembali. “Atau kami akan akan
turun ke jalan untuk kelangsungan hidup kami. Kami punya banyak tanggungan
selain usaha kami,” Nyoman menambahkan.

Keraguan terhadap pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bayu Adisastra
pengusaha hotel dan pusat perbelanjaan di Bali. Menurutnya, ada yang kurang
pas dengan pernyataan tersebut.

“Mungkin salah kutip ya, dan jika dilihat data hari ini kan hanya 20 saja
karena perjalanan dalam negeri selebihnya karena transmisi lokal di Denpasar
dan Badung. Saya tidak yakin ini karena WFB,” tandasnya.

Dampak WFB ini menurut Bayu sangat baik bagi perekonomian Bali apakagi saat
ini bertepatan dengan libur sekolah.

“Di hotel saya sempat occupancy menyentuh 25 %, ini kan bagus. Justru program
WFB ini lebih banyak dampak positifnya bagi masyarakat Bali. Belum lagi bagi
UMKM di Bali juga.

Yang harus dilakukan kata Bayu, melakukan pengetatan pengawasan di pintu masuk
Bali misalkan pelabuhan dan kalau perlu ada cek random di Bali. Bali justru
relatif terkendali dibandingkan daerah lain apalagi vaksinasi berjalan dengan
sangat baik. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini