Kabarnusa.com – I Kadek Dedi Purnita (10), siswa kelas 4 SD Negeri 2 Dauhwaru, Jembrana, Bali, tiba-tiba terjatuh dan tewas saat mengikuti pelajaran olah raga. Celakanya, saat kejadian tidak ada guru yang mengawasi kegiatan olah raga tersebut.
Peristiwa tragis yang dialami oleh siswa asal Banjar Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali tersebut terjadi Jumat (6/3/2015) pukul 07.30 Wita, saat korban mengikuti ujian praktik UTS, berupa olah raga lari.
Informasi dihimpun menyebutkan, saat itu sejumlah siswa dari kelas 4, 5 dan 6 SD Negeri 2 Dauhwaru, Jembrana, diwajibkan oleh pihak sekolah untuk mengikuti ujian praktik UTS, berupa olah raga lari.
Mereka melakukan kegiatan lari tersebut di jalan desa di depan sekolah mereka. Sayangnya saat dimulai kegiatan olah raga tersebut hingga terjadi musibah tersebut tanpa pengawasan dari guru.
“Murid-murid dibiarkan begitu saja lari di jalan raya. saya lihat satupun tidak ada guru yang mengawasinya,” ujar sumber yang enggan namanya ditulis.
Lanjut sumber tadi, saat korban berlari itulah, dia tiba-tiba jatuh bersimpuh dan kemudian tengkurep dengan wajah berbenturan di aspal.
Mengetahui korban terjatuh, saudara misan korban, yakni Made Mas Suriani, siswi kelas 6, langsung meminta bantuan salah seorang warga untuk mengantar korban ke sekolahnya.
“Tapi selanjutnya saya tidak tahu dan tiba-tiba saya mendengar kabar, siswa tersebut telah meninggal,” ujar sumber tadi.
Kepala SD Negeri 2 Dauhwaru, Jembrana Ida Bagus Kade Adnyana saat dikonfirmasi di sekolahnya membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, pihaknya sebenarnya sudah sempat maksimal memberikan pertolongan terhadap korban, namun nyawa korban tidak tertolong.
Dia juga membenarkan saat korban bersama siswa yang lainnya mengikuti pelajaran olah raga berupa lari, tidak ada guru yang mengawasi karena semua guru sedang berkumpul mengikuti pengarahan persiapan UTS.
“Saat korban dibawa ke sekolah, saya sempat memberikan pertolongan dengan memberinya minyak hangat. Napi saya cek denyut nadinya sangat lemah, kemudian saya larikan ke Puskesmas Dauhwaru. Tapi waktu itu Puskemas belum buka dan saya langsung larikan ke RSUD Negara agar segera mendapat pertolongan,” terang Adnyana.
Sayangnya menurut Adnyana, belum sempat mendapat penanganan medis di RSUD Negara, korban dinyatakan meninggal.
“Ini musibah, padahal saya sudah berusaha memberikan pertolongan. Selama ini kami pantau wajah korban sering pucat, tapi kami tidak tahu apa karena sakit atau bagaimana. Saat ini korban sudah kami serahkan kepada pihak keluarga, tinggal kami menunggu pemberitahuan dari keluarga kapan upacara pengabenannya,” pungkasnnya.(dar)