![]() |
ZaeeanlArifin (tengah) menerima tali asih yang diserahkan IB Ketut Kiana (Kanan) dan Harry Suanda Putra( kiri) |
DENPASAR– Ketua DPC Hanura Denpasar Made Kartika meminta agar Pemerintah Kota Denpasar kembali mengkaji keberadaan fasilitas umum di ruang publik menyuusul insiden meninggalnya Rendi Rizaldi (13) yang kesetrum di fasilitas umum (fasum) kran air minum otomatis Lapangan Puputan Denpasar pada, Kamis (13/4/17) sore.
Kartika menegaskan, pihaknya ikut mendorong agar Pemkot Denpasar mengkaji semua fasum di ruang publik, agar tidak menimbulkan korban lagi di kemudian hari.
“Saya sepakat fasum AMO di beberapa lokasi, seperti di Lapangan Puputan dan Lumintang harus distop dulu operasionalnya sampai dikeluarkan hasil penyidikan dan dipastikan tingkat keamanannya,” kata Kartika didampingi Sekretaris DPC Hanura Denpasar Kadek Dwiek Putra Merdana, Minggu (16/4/17).
Kartika bersama sejumlah pengurus mendampingi Ketua Fraksi Hanura DPRD Kota Denpasar IB Ketut Kiana mengunjungi kediaman keluarga korban di Jalan Letda Jaya Denpasar. Turut hadir Kordinator Advokasi DPD Hanura Bali Harry Suandana Putra.
Dalam kesempatan itu, Kiana saat mengunjungi kediaman keluarga korban, menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Rendi. “Kami turut berduka-cita sekaligus merasa prihatin fasum malah membawa malapetaka bagi masyarakat,” ujar Kiana.
Keprihatianan Kiana sejalan dengan yang disampaikan Waketum DPP Partai Hanura Gede Pasek Suardika yang juga lebih dulu menyesalkan tragedi tersebut.
Melalui DPRD Kota Denpasar, diharapkan juga akan ada langkah serius menindaklanjuti tragedi fasum ini. Harapan itu pun direspon oleh IB Kiana yang kebetulan berada di Komisi III Bidang Pembangunan.
“Ya nanti melalui komisi kami akan memanggil para pihak, seperti PDAM Denpasar, dan bila perlu juga memanggil Walikota Denpasar,” tegas Kiana. Hal senada disaapaikan Harry. bahwa kedatangan tim advokasi ini karena keprihatina mendalam dengan kejadian ini.
“Kami siap mendampingi keluarga korban terkait kasus ini. Dan berharap tidak akan terjadi peristiwa semacam ini lagi menyangkut fasum di ruang publik,” kata Harry. Dalam kunjungan ini, ayah almarhum Rendi, Zaenal Arifin, terlihat masih shock atas tragedi yang menimpa anak pertama dari dua bersaudara itu.
Di dalam petak kos kontrakan yang sempit Zaenal yang kesehariannya seorang penjahit ini masih sulit berkata-kata mengingat kepergian siswa kelas I SMPN 2 Denpasar tersebut. Zaenal pun menerima tali asih dari Hanura.
Diharapkan tali asih ini bisa membantu meringankan Zaenal yang kesehariannya bekerja sebagai penjahit, sedangkan isterinya kesehariannya berjualan nasi kuning tiap pagi di Pasar Kreneng. (rhm)