NUSA DUA – Tragedi kemanusiaan di Rohingnya Myanmar menjadi salah satu isu penting yang dibahas dalam pertemuan forum parlemen dunia yang digelar di Nusa Dua Bali.
Sebanyak 47 perwakilan Parlemen dunia berkumpul di Nusa Dua Bali di ajang World Paliamentary Forum On Sustainable Development 2017 yang salah satunya membahas tragedi kemanusiaan di Rohingnya Myanmar.
Kegiatan dibuka Ketua Parlemen Republik Indonesia Setya Novanto ini digelar di Nusa Dua Bali, Rabu (6/9/2017). Agenda pertemuan WPF yang baru pertama kali digelar ini akan membahas agenda pembangunan berkelanjutan artinya pertemuan ini akan mendukung pencapaian Agenda Pembangunan 2030 di dunia.
Dalam sambutannya, Setya Novanto mengatakan saat ini terdapat banyak tantangan terhadap pembangunan yang berkelanjutan, salah satunya adalah kemiskinan.
“Kita disini selain sebagai representasi rakyat, juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mendukung pencapaian tujuan-tujuan dan target-target yang tertuang dalam Agenda masa depan,” katanya.
Oleh karena itu, perlu ada tekad dari kita bersama untuk mengambil langkah-langkah transformatif yang sangat dibutuhkan untuk membawa dunia ini ke jalur yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan, antara lain dengan mempromosikan pembangunan yang inklusif dan merata, sehingga tidak ada pihak yang akan ditinggalkan.
Setnov menambahkan, Selain kemiskinan, hal lain yang perlu dibahas dalam pertemuan kali ini adalah terkait terjadinya konflik dan aksi kekerasan didunia, termasuk kekerasan yang saat ini terjadi di negara Myanmar yang menimpa eknis rohingnia. Menurutnya Aksi kekerasan yang terjadi seperti itu harus segera diakhiri.
โParlemen juga harus mengambil peran di sini untuk mencegah terjadinya kekerasan ditengah masyarakat dan mempromosikan pentingnya cara-cara damai untuk digunakan dalam mengatasi konflik antar-masyarakat dalam suatu negara,” Imbuh Setnov.
Ketua panitia WPF On Sustainable Development 2017, Nurhayati Ali Asesegaf mengatakan, konflik yang terjadi di Myanmar merupakan kasus pelanggran HAM,yang hal itu bukan hanya menjadi persoalan Myanmar melaikan juga menjadi persoalan Dunia.
Diharapkan dengan pertemuan ini bisa menghasilkan sebiuah kesepakatan untuk melakukan penekanan kepada PBB agar mengambil sikap dalam kekekrasan yang saat ini menimpa eknis rohingnia di Myanmar.
“Tindakan di Myanmar merupakan pelanggaran HAM, tentu hal tersebut sangat memperihatinkan,โ ucap Politikus Demokrat itu. Dalam pertemuan itu, Nurhayati sempat meminta peserta untuk berdiri dan meminta untuk mengheningkan cipta bagi etnis rohingnia di Myanmar.
Rencanayan World Palimentary Forum On Sustainable Develpment 2017 ini akan digelar selama dua hari di Bali. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan para kepala Negara dan pemerintahan pada bulan September 2015 di Markas Besar PBB, New York. (rhm)