![]() |
Presiden Jokowi saat meninjau kerusakan di Kabupaten Pandeglang akibat tsunami di Selat Sunda/biro pers setpres |
JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melansir data korban meninggal akibat bencana tsunami di Selat Sunda mencapai 429 orang. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13.00 WIB tercatat 429 orang meninggal dunia.
“Sebanyak 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi, sementara kerugian masih dalam pendataan,” tutur Sutopo dalam keterangan resminya di Jakarta. Pada bagian lain, Sutopo mengungkapkan tiga bencana alam yang menimbulkan begitu banyak korban jiwa sepanjang 2018 itu dinilai sebagai fenomena langka.
Menurutnya ada tiga fenomena langka yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar, yaitu gempa beruntun di NTB, gempa disusul tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah yang terbesar di dunia.
Yang ketigas tsunami Selat Sunda yang dipicu longsor bawah laut. Dari ketiga bencana tersebut, yang terbesar adalah gempa yang disusul tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah karena menyebabkan 2.101 orang meninggal, 1.373 orang hilang dengan kerugian ekonomi Rp 18,47 triliun.
“Gempa memicu tsunami yang tiba sangat cepat hanya dalam waktu empat menit lalu terjadi likuifaksi yang merupakan peristiwa terbesar di dunia,” tukas Sutopo.
Kemudian, gempa bumi beruntun yang terjadi di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Lombok dan Sumbawa. Bencana tersebut menyebabkan 546 orang meninggal, 1.886 orang luka-luka dan Rp17,13 triliun.
“Ketiga bencana ini aneh dan langka terjadi, sementara tsunami yang terjadi di Selat Sunda juga fenomena yang langka karena dipicu oleh longsoran bawah laut dan erupsi dari gunung Anak Krakatau,” katanya.
Ia menambahkan longsoran Gunung Anak Krakatau tersebut tidak begitu besar, namun ternyata menimbulkan tsunami yang cukup dahsyat. (rhm)