umbu landu |
DENPASAR – Sosok Umbu Landu Paranggi tidak asing lagi bagi budayawan Emha Ainun Najib karena dia telah dianggap sebagai guru atau suhunya sendiri. Di mata Cak Nun, panggilan akrabnya, sosok Umbu merupakan perwujudan puisi itu sendiri.
Tak heran, gaya hidup bohemian yang dipilih penyair Umbu, sejatinya merupakan perwujudan kehidupan puisi. “Ketika dinamika sosial dan kebudayaan sarat dengan nilai-nilai materialisme dan Umbu jauh dari nilai – nilai itu,” kata Cak Nun dalam Bincang Sastra di Jatijagat Kampung Puisi, Rabu (29/10) malam.
Menurutnnya, Umbu merupakan sosok manusia yang tidak terikat kebutuhan eksistensi dan ambisi. Nilai-nilai yang dianut Umbu, tidak sama dengan nilai yang dianut orang lain pada umumnya. “Kita tidak akan pernah bisa menerapkan nilai yang kita anut kepada Umbu. Kalau pun kita harus menerapkan nilai itu padanya, maka tidak akan ketemu,” kata pria kelahiran Jombang, Jawa Timur itu.
Obrolan Sastra di JKP lebih banyak berbicara tentang sosok Umbu Landu Paranggi, yang saat ini tergolek di rumah sakit. Umbu dikenal sebagai salah seorang tokoh penting dalam kehidupan puisi modern. “Meskipun Umbu dikenal seperti itu, jangan berharap kalau dia senang dengan sapaan itu,” tutur suami Novia Kolopaking itu.
Cak Nun datang ke Bali sekaligus menjenguk Umbu yang tergolek lemah di Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar sejak beberapa hari terakhir. Obrolan sastra tersebut dihadiri penyair Imam Budhi Santosa. Ia bersama Cak Nun banyak mengisahkan cerita jenaka ketika bersama Umbu.
Selain itu, dalam diskusi yang dipandu penyair Wayan Jengki Sunarta, hadir pelukis Frans Nadjira dan masyarakat pecinta satra lainnya. (kto)