|
Wimar Witoelar/Dok.Wikipedia |
Jakarta -Berpulangnya Wimar Witoelar meninggalkan duka cita mendalam
apalagi tokoh reformis itu meninggal dunia menjelang Hari Reformasi 21 Mei.
Kepala Staf Kepresidenan Jend TNI (Purn) Dr. Moeldoko salah satunya yang
menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Wimar Witoelar, Mantan Juru
Bicara Pesiden ke-4, Abdurrahman Wahid, Rabu (19/5/2021).
Bangsa Indonesia kehilangan Wimar yang selama ini dikenal sebagai tokoh
reformasi Indonesia, jurnalis, sekaligus kolumnis yang bernas, karena
keberaniannya memberikan kritik pada era pemerintahan Orde Baru.
“Pak Wimar selalu memberi lontaran-lontaran jenaka namun kritis pada setiap
program televisi yang dipandunya,” kata Moeldoko dalam rilisnya.
Kelantangannya membuat Wimar masuk dalam jajaran aktivis yang terpandang dan
disegani sejak era itu hingga sekarang.
“Atas nama pribadi dan keluarga besar KSP, kami menyampaikan duka yg mendalam
atas berpulangnya Mantan Juru bicara Pesiden ke-4 Gus Dur Wimar Witoelar
karena sakit. Hari ini beliau meninggal, hampir bersamaan dengan peringatan
Hari Reformasi, 21 Mei.
Insyaallah beliau mendapat anugerah husnul khotimah, diampuni segala salah dan
khilafnya, dilipatgandakan pahala amal dan ibadahnya, serta mendapat tempat
mulia di sisi Allah SWT,” ucap Kepala Staf Kepresidenan.
Wimar Witoelar adalah mitra strategis KSP, selain penguasaan isu-isu
substantif yang sering kami bahas bersama, beliau piawai dan selalu
mengingatkan bahwa penguasaan komunikasi media salah satu yang utama.
“KSP merasa kehilangan seorang sahabat yang luar biasa,” ucap Deputi V Kepala
Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani. Dia menyatakan bangsa Indonesia
telah kehilangan Wimar yang selama ini dikenal sebagai sosok pemikir dan
pengayom.
“Bapak Wimar Witoelar yang kami kenal adalah seorang sahabat yang selalu punya
ide-ide genuine tentang Indonesia yang di glorifikasi melalui media komunikasi
yang bernas. Melalui tangan dinginnya Perspektif baru identik dengan namanya
sekaligus pemikiran-pemikirannya.
“Pak Wimar mengajarkan kepada kita bagaimana menyintai Indonesia dengan
kritis. Selamat jalan Pak Wimar….,” kata Jaleswari. (rhm)