Usai Pertahankan Suku Bunga Acuan 4.00 %, Ini Empat Langkah BI

19 Oktober 2020, 19:09 WIB

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, pada
acara Pelatihan Wartawan Ekonomi di Denpasar Jumat, 16 Oktober 2020/ist

Denpasar – Dengan mmempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai
tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah sehingga Bank
Indonesia kembali mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) pada Oktober 2020, di angka 4,00%.

Sejak Juli 2020, angka tersebut telah bertahan. Diketahui, sepanjang 2020, BI
telah empat kali menurunkan suku bunga, yaitu pada Februari, Maret, Juni dan
Juli 2020. Masing-masing sebesar 25 bps.

“Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar
Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah,” ungkap Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, pada acara Pelatihan
Wartawan Ekonomi di Denpasar Jumat, 16 Oktober 2020.

BI menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas, termasuk
dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN
tahun 2020, guna mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi covid-19.

Trisno menjelaskan, BI memberikan dukungan dalam mempercepat realisasi APBN,
antara lain dengan pembelian SBN di pasar perdana.

Sampai 8 Oktober 2020, Bank Indonesia telah membeli sebesar Rp60,28 triliun,
termasuk dengan skema lelang utama, Greenshoe Option (GSO) dan Private
Placement.

“Bank Indonesia juga melakukan realisasi pendanaan dan pembagian beban dengan
pemerintah melalui mekanisme pembelian SBN secara langsung, berjumlah Rp229,68
triliun,” Trisno menuturkan.

Bank Indonesia juga melakukan pembagian beban untuk pendanan Non Public Goods
– UMKM sebesar Rp90,88 triliun. Di samping keputusan terkait suku bunga, Bank
Indonesia juga mengambil beberapa langkah kebijakan.

Pertama, melanjutkan kebijakan stabilitas nilai tukar Rupiah agar sejalan
dengan fundamental dan mekanisme pasar. Kedua, memperkuat strategi operasi
moneter guna memperkuat stance kebijakan moneter akomodatif.

Ketiga, mempercepat langkah-langkah pendalaman pasar uang dan pasar valuta
asing melalui pengembangan infrastruktur sarana penyelenggara transaksi
berbasis system elektronik (Electronic Trading Platform / ETP) dan lembaga
klliring, inovasi, dan transakasi (Central Counterparty/CCP).

Keempat, memperkuat implementasi kebijakan untuk mendorong UMKM melalui
korporatisasi, peningkatan kapasitas, akses pembiaaan, dan digitalisasi
sejalan dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

Juga, memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan digital melalui penggunaan
instrumen pembayaran digital, kolaborasi bank, fintech, dan e-commerce untuk
mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Berdasarkan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu IV September 2020,
perkembangan harga relatif stabil dengan inflasi pada angka 0,02% (mtm).
Komoditas yang menjadi penyumbang kenaikan harga di Bali adalah emas
perhiasan, bawang putih dan sawi hijau.

Berdasar kondisi tersebut, Provinsi Bali pada bulan September 2020
diperkirakan mengalami deflasi/inflasi pada kisaran -0,04% s.d. 0,16% (mtm),
berbeda dengan tren bulan Agustus 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,16%
(mtm).

Secara tahunan inflasi diperkirakan 1,02% s.d. 1,22% (yoy). Komoditas yang
menjadi penyumbang penurunan harga terdalam di Bali adalah daging ayam ras,
cabai merah dan cabai rawit.

Dengan kondisi tersebut, Provinsi Bali pada bulan September 2020 diperkirakan
mengalami inflasi pada kisaran 0,07% s.d. -0,13% (mtm), dan secara tahunan
inflasi diperkirakan 0,92% s.d. 1,12% (yoy).

Memasuki tatanan kehidupan era baru di triwulan III, kredit perbankan di Bali
mulai menunjukkan peningkatan yang bersumber dari kredit perdagangan dan
akmamin.

Risiko kredit secara keseluruhan sedikit meningkat namun masih berada di bawah
threshold (5%). Kredit UMKM Bali juga mulai menunjukkan perbaikan.

Peningkatan kredit bersumber dari kredit modal kerja, sementara dari sisi
lapangan usaha bersumber dari membaiknya kredit akmamin. Secara keseluruhan,
risiko kredit UMKM sedikit menurun dan terjaga di bawah threshold 5%.
(rhm)

Berita Lainnya

Terkini