![]() |
Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa mengenai harga kebutuhan pokok di Bali hingga September mengalami penurunan harga. Namun ada dua jenis komoditi yang cenderung mengalami kenaikan harga./ist |
Badung – Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa mengatakan
pengendalian inflasi di masa pandemi Covid-19 ini, masih dapat dilakukan
meskipun gerakannya sangat terbatas, namun Pengendalian inflasi tersebut
mengacu pada terwujudnya 4 K, yakni ketersediaan produksi, keterjangkauan
harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif terlebih lagi
menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, sehingga perlu dilakukan upaya
menjaga ketersediaan kebutuhan dan kestabilan harga kebutuhan bahan pokok.
Hal tersebut disampaikan pada High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Badung melalui zoom meeting dari Rumah Jabatan
Wakil Bupati, Puspem Badung, Selasa (08/09/2020).
Suiasa juga menyampaikan apresiasi atas rekomendasi yang diberikan oleh BI
Perwakilan Bali sebagai upaya menjaga kestabilan harga 10 kebutuhan pokok
khususnya di wilayah Badung. Atas rekomendasi tersebut, Suiasa meminta TPID
berkoordinasi dengan Bulog melakukan langkah riil di masyarakat.
“Menjelang Galungan dan Kuningan untuk mengadakan operasi pasar maupun pasar
murah. Memfasilitasi petani agar produksi pertanian dapat didistribusikan
langsung ke pasar guna menjaga harga tetap stabil.
Selain itu perlu dibuatkan
semacam informasi atau sosialisasi mengenai cinta produk lokal. Untuk
kerjasama antar daerah, Pemkab Badung sudah mengadakan MoU, dengan Pemkab.
Bangli, Tabanan dan Singaraja untuk saling melengkapi kebutuhan komoditas
pertanian,” katanya.
Suiasa juga minta Perumda Pasar tetap mengoptimalisasikan mesin CAS yang ada
di Petang. Masyarakat jika ingin memanfaatkan mesin CAS ini, dipersilahkan,
untuk memproteksi harga.
TPID diharapkan pula memantau secara intensif
harga-harga di pasar, dengan tetap taat pada protokol kesehatan.
“Terkait anjloknya harga daging ayam. Saat kondisi ini agar dilakukan
monitoring, mencari asal akibat anjloknya harga daging ayam serta mencarikan
solusinya. Termasuk berkoordinasi dengan kepolisian sebagai satgas pangan,
dalam rangka pengawasan distribusi pangan termasuk gas elpiji di masyarakat,”
pesannya.
Sementara itu Deputi BI Bali Rizki Wimanda menyampaikan perkembangan secara
garis besar mengenai kondisi perekonomian akibat dampak Covid-19,namun
menurutnya pada triwulan II banyak negara di dunia termasuk Indonesia
mengalami perkembangan perekonomian yang negatif.
“Bali termasuk daerah yang pertumbuhan ekonominya paling parah, karena sektor
pariwisata sebagai sumber pendapatan daerah belum berjalan maksimal. Gambaran
perekonomian Bali, pada triwulan I, sudah negatif 1,14 dan triwulan II negatif
10,98. Sisi positifnya, inflasi di Bali Nusra terkendali, cenderung rendah dan
stabil, negatif 0,23 persen,” jelasnya.
Sementara mengenai harga kebutuhan pokok di Bali hingga September mengalami
penurunan harga. Namun ada dua jenis komoditi yang cenderung mengalami
kenaikan harga.
“Untuk di wilayah Bali sendiri yakni bawang merah dan gula pasir masih. Kalau
di Badung ada empat komoditi yaitu bawang merah, bawang putih, cabai merah dan
gula pasir. Ini yang perlu dipantau terus, bila perlu dilakukan operasi pasar
terkait empat komoditi ini,” katanya.(lif)