JEMBRANA – Warga memprotes proses penjaringan dan seleksi perangkat/ Kaur Desa Pohsanten Mendoyo yang dinilai tidak transparan hingga mengakibatkan kekisruhan. Bahkan, salah satu peserta seleksi yang memprotes pihak panitia yang dinilai tidak transparan. Akibatnya, tes komputer dilaksanakan dua kali.
Usai pengumuman, seleksi kaur desa dilaksanakan yang mendaftar sebanyak 12 orang. Kemudian ketika tes pertama diikuti 11 orang. Tes tulis tidak ada masalah. Yang masalah tes komputer. Pertama dilaksanakan di kantor camat namun karena ada permasalahan akhirnya digelar lagi tes komputer yang diikuti 8 orang.
“Tiga orang menganggap diri tidak mampu,” jelas Ketua Panitia seleksi Agung Sultra Wiguna kepada awak media, Selasa (10/1/2017). Sedangkan tes kedua di SMK 3 Mendoyo hasilnya diprotes peserta Agung Roy karena ada perbedaan nilai. Dia menilai manipulasi hasil tes sehingga meski unggul namun dia secara akumulasi dikalahkan.
Selain itu, karena tidak diumumkan saat itu, ada protes lewat telepon. Juga peserta menilai hasil tes tidak sesuai dengan SMS yang terima. “Data hasil tes yang dipegang Pj Perbekel Pohsanten memang berbeda dengan SMS yang diterima Agung Roy,” imbuhnya.
Pihaknya telah menyerahkan kepada Pj Perbekel Pohsanten Putu Arya Astika dan BPD iuntik menyelesaikannya, jangan sampai dipending sehingga tidak menimbulkan kekisruhan. Hal sama disampaikan tokoh masyarakat bahwa kekisruhan ini terjadi karena diduga Pj Perbekel Pohsanten dan Ketua Panitia tidak tegas, mengambil keputusan dan membiarkan permasalahan berlarut-larut.
Dibandingkan wilayah lain hampir semua bisa dikukuhkan dan hanya di Pohsanten saja masih kisruh itu juga karena hanya karena satu orang. “Bahkan para kadus tidak dilibatkan dalam kepanitiaan,” jelas seorang tokoh masyarakat.
Hingga kini, Pj Perbekel Pohsanten Putu Arya Astika belum bisa dikonfirmasi karena masih ada RAT LPD Pohsanten. (rhm)