Webinar SURYA (Survey Bicara) dengan topik “Perkembangan Perekonomian Terkini dan Peran Wisatawan Nusantara Untuk Mendukung Bali Bangkit”. Selasa 18 Oktober 2021. /dok.BI Bali |
Denpasar – Sejak akhir Maret 2020, pariwisata Bali bergantung sepenuhnya kepada wisatawan nusantara yang diharapakan dapat mempercepat pemulihan ekonomi Bali.
Hal itu sebagaimana terungkap saat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali melaksanakan Webinar SURYA (Survey Bicara) dengan topik “Perkembangan Perekonomian Terkini dan Peran Wisatawan Nusantara Untuk Mendukung Bali Bangkit”. Selasa 18 Oktober 2021.
Acara ini dilaksanakan secara daring dan dihadiri oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics & Finance (INDEF), Vice President of Market Management Accomodation Experience Traveloka, Kepala Biro Bisnis Indonesia Provinsi Bali, Kepala Dinas/Instansi dan Akademisi di lingkungan pemerintah Provinsi Bali.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menyampaikan, Bank Indonesia secara rutin melaksanakan survei untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Bali dalam menyediakan data/informasi ekonomi dan keuangan terkini secara tepat waktu dan akurat.
Pada masa yang penuh dengan ketidakpastian terutama dalam pandemi COVID-19, peran data dan informasi terutama melalui survei menjadi hal yang penting.
Data dan informasi tersebut berperan sebagai leading indicator penyusunan perkiraan perkembangan perekonomian ke depan yang pada akhirnya bermuara untuk menentukan arah kebijakan perekonomian nasional.
“Bank Indonesia saat ini berupaya agar analisis dan asesmen yang disusun selalu forward looking terhadap perekonomian ke depan. Dengan demikian, kebijakan yang diambil dapat bersifat mengantisipasi atau mendahului situasi yang mungkin akan terjadi ke depan,” tuturnya.
Trisno juga menyampaikan bahwa selain survei rutin, Bank Indonesia juga melaksakan survei insidentil yang kali ini berfokus pada wisatawan nusantara.
Survei Pelaku Wisatawan Nusantara di Provinsi Bali selama COVID-19 dilakukan kepada 400 responden pelaku wisatawan nusantara yang berkunjung ke Provinsi Bali.
Survei ini diselenggarakan pada akhir September 2021 dan awal Oktober 2021 untuk mengetahui bagaimana preferensi dan besar belanja kunjungan wisatawan nusantara di provinsi Bali.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa sejak akhir Maret 2020, pariwisata Bali bergantung sepenuhnya kepada wisatawan nusantara. Perkembangan wisatawan nusantara di Bali diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi Bali.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics & Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menjelaskan data keadaan ekonomi global yang berkaitan dengan perkembangan ekonomi nasional, termasuk sektor pariwisata.
Taufik menekankan bahwa untuk memulihkan industri pariwisata nasional, hal utama yang harus dilakukan adalah penanganan COVID-19 dengan baik.
Selanjutnya, adalah kesiapan indstri pariwisata dalam menerapkan standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) International. Berikutnya adalah bagaimana mengkomunikasikan dan mempromosikan bahwa Bali Safe dan siap menerima kunjungan.
Terakhir, perkembangan pariwisata di Indonesia di masa pandemi COVID-19 perlu didukung stimulus oleh pemerintah.
Menambahkan penjelasan sebelumnya, Rizki Ernadi Wimanda selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyampaikan data perkembangan ekonomi Bali, serta survei preferensi wisatawan nusantara.
Rizki menuturkan beberapa indikator menunjukkan perekonomian Bali pada triwulan III-2021 mengalami perlambatan seiring dengan diberlakukannya PPKM Level 4 di Juli dan Agustus.
Namun memasuki triwulan IV-2021, perekonomian Bali mulai menggeliat yang diikuti dengan meningkatnya jumlah kedatangan penumpang di bandara Bali.
Disamping itu, hasil Survei Pelaku Wisatawan Nusantara di Provinsi Bali selama Covid-19 menemukan bahwa sebagian besar kunjungan wisawatan nusantara (wisnus) di Bali berdurasi kurang dari 5 (lima) hari per kunjungan dan mayoritas membawa keluarga untuk berwisata bersama.
Rata-rata pengeluaran wisnus saat ini sebesar Rp5,5 juta per keluarga yang didominasi oleh biaya akomodasi (Rp1,58 juta), makan dan minum (Rp1,25 juta), serta sovenir (Rp0,91 juta).
Dari sisi akomodasi, mayoritas responden memilih hotel bintang 3 (tiga) ke bawah sebagai tempat menginap utama, selanjutnya hotel bintang 4 (empat) ke atas dan villa.
Sementara opsi utama untuk lokasi menginap, mayoritas wisnus memilih Kabupaten Badung (Kuta, Seminyak, Jimbaran, Nusa Dua) sebesar 55% dan Denpasar (termasuk Sanur) sebesar 27%.
Vice President of Market Management Accomodation Experience Traveloka, John Safenson menyampaikan mengenai hal-hal yang mendorong meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara ke Bali.
Selama pandemi COVID-19, kebersihan dan promosi merupakan alasan terbesar konsumen dalam memesan akomodasi di Bali. Adanya pekan promo atau potongan harga mampu mendorong penjualan hingga mencapai 100%.
John juga menyampaikan bahwa adanya long weekend juga mampu mendorong meningkatnya jumlah kunjungan ke Bali. Jumlah pemesanan akomodasi di Bali pada akhir tahun 2021 sudah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Sementara untuk tahun 2022, mulai terdapat pemesanan pada long weekend di akhir Februari mendatang. (rhm)