DENPASAR – Wisatawan dan warga masyarakat antusias menyaksikan tradisi pawai Ogoh-Ogoh di Kota Denpasar Bali yang digelar satu hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi 1939 Caka. Ribuan warga tumpah ruah di jalanan seperti di Sekitaran Jalan Imam Bonjol sampai Jalan Thamrin (Depan Puri Pemecutan), Senin (27/3/17) malam.
Ratusan Ogoh-Ogoh dari berbagai Banjar diarak berkeliling Kota Denpasar. Tak tanggung-tanggung berbagai jenis ukuran Ogoh-Ogoh dari mulai minimalis hingga super besar hadir ditengah-tengah Warga Kota Denpasar yang berkerumun sejak pukul 18.00 Wita.
Ogoh-ogoh merupakan replika raksasa berbentuk Bhutakala, Tokoh Pewayangan, ataupun Dewa dalam Ajaran Hindu yang terbuat dari anyaman Bambu. Iringan musik gamelan Bali dari Sekaa Baleganjur tiap Banjar meramaikan pawai Ogoh-Ogoh.
Pawai Ogoh-Ogoh menjadi salah satu daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin merayakan hari Raya Nyepi Di Bali. Kreatifitas Masyarakat Bali yang membuat Ogoh-Ogoh membuat takjub wisatawan yang menyaksikan pawai Ogoh-Ogoh.
Stefani salah satu wisatawan Asal Australia mengaku antusias dan sangat senang menyaksikan pawai Ogoh-Ogoh yang pertama kali ia saksikan.
“Pawai Ogoh-Ogoh sangat menarik sekali, begitu artisitik, dan saya sangat senang bisa merayakan Nyepi di Bali,” tuturnya. Setelah diarak berkeliling Kota, selanjutnya dibakar di Setra atau kuburan setempat,
Ogoh-ogoh merupakan simbol cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia. Karenanya, dengan membakar ogoh-ogoh diharapkan bisa menetralisir unsur-unsur kekuatan jahat. Pawai Ogoh-Ogoh tidak hanya dilakukan di Bali saja, namun dilaksanakan oleh Umat Hindu yang bermukim di Kota-Kota Indonesia lainnya seperti di Yogyakarta. (gek)