Sleman – Yayasan Mitra Karya Maporina, yang menangani Satuan Pelayanan Pemberian Gizi (SPPG) Sinduadi di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, memberikan klarifikasi resmi terkait dugaan keracunan massal yang dialami sejumlah siswa dari tiga sekolah setelah mengonsumsi menu Makanan Bergizi (MBG) dari yayasan tersebut.
Pembina Yayasan, Retna Susanti, menegaskan hingga saat ini pihaknya belum dapat memastikan penyebab pasti insiden tersebut, apakah murni karena bakteri atau faktor lain, sebab sampel makanan masih dalam proses penelitian laboratorium.
Kata dia, bukan keracunan, karena demya belum tahu apakah kena bakteri atau apa. Jadi belum bisa dipastikan kalau terkait keracunan.
“Saya tidak bikin pernyataan keracunan, ini masih diteliti,” ujar Retna kepada wartawan melalui sambungan telepon pada Jumat (24/10/2025).
Retna menjelaskan, menu yang diduga menjadi pemicu, termasuk lauk opor ayam, telah disajikan secara rutin selama dua bulan terakhir tanpa adanya masalah. Pihaknya kini menunggu rekomendasi resmi dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan tim laboratorium.
“Kita masih menunggu penelitian dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, juga dari ada Inafis. Nanti lapor ke BGN, terus BGN merekomendasikan ke kita efek dari ini itu seperti itu dan lain sebagainya. Jadi kita belum bisa memastikan terkait itu,” tegasnya.
Meskipun dugaan keracunan masih diselidiki, Retna Susanti meyakinkan bahwa proses memasak di SPPG Sinduadi telah memenuhi standar higienitas.
Yayasan mengklaim menggunakan bahan-bahan segar, tidak ada yang dibekukan, serta didampingi oleh ahli gizi dan chef bersertifikasi.
“Chef yang kita punya itu juga sudah bersertifikasi, kemudian kita juga dapur sudah memenuhi standar MBG. Bahan kita enggak ada yang dibekukan, jadi semuanya fresh,” tuturnya.
Ia juga menambahkan, yayasan baru-baru ini mengundang ahli gizi dan makanan dari pertanian UGM untuk memberikan pelatihan mitigasi terkait higienitas.
Di tengah situasi dugaan keracunan, Retna menginformasikan, pada hari ini, Sabtu (24/10/2025), hanya satu sekolah, yakni MTSM, yang tetap memutuskan untuk menerima layanan MBG dari yayasan.
“Kalau (menu) hari ini ini kita kukusan semua. Jadi ada dimsum, kentang. Kemudian ada yang kita tarik, kemudian ada yang mau, ya ada yang meminta. Kalau dimsum kan menurut mereka aman (MTSM), juga enggak banyak kejadian,” katanya.
Retna menyebut, total porsi yang disiapkan SPPG Sinduadi mencapai sekitar 4.000 porsi per hari. Untuk hari ini, jumlah yang ditarik dari dua sekolah mencapai sekitar 1.800 porsi.
Sisa makanan yang ditarik tersebut, menurutnya, langsung dikategorikan sebagai sampah dan dibuang sesuai ketentuan yang berlaku.
Mengenai kelanjutan operasional SPPG Sinduadi, Yayasan menyatakan belum dapat memastikannya hingga hasil resmi penelitian laboratorium keluar dan memberikan kepastian.
“Enggak tahu, belum dapat kepastian dari itu. Karena hasilnya belum keluar. Jadi, kita masih nunggu penelitian dari laboratorium ini apakah apa yang menyebabkan anak-anak menjadi diare dan sebagainnya,” pungkas Retna.***

