![]() |
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo (kiri) dan Direktur Utama AirNav Indonesia, Bambang Tjahjono (kanan) (foto:kabarnusa) |
JIMBARAN – Keberadaan Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau lebih dikenal AirNav Indonesia mampu menekan terjadinya delay yang berimplikasi pisitif pada efisiensi penerbangan di Tanah Air.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengungkapkan Indonesia memiliki trafik penerbangan cukup padat tercatat kelima tersibuk di dunia.
“Ada 2000 trafik penerbangan dalam sehari,” sebutnya saat konferensi pers dalam Civil Air Navigation Services Organization (CANSO) Asia Pacific Safety & Operations Working Group Meeting 2016 di Jimbaran Bali Selasa (22/11/2016).
Kata Suprasetyo, keberadaan AirNav telah mampu menekan delay atau keterlambatan pesawat atau penundaan penerbangan di bandara-bandara Tanah Air.
Dengan adanya penerbangan tepat waktu, sesuai jadwal menjadikan penerbangan lebih efisien seperti dari sisi penggunaan bahan bakar dan waktu.
Hanya saja, dia tidak menyebutkan secara angka ataupun data, seberapa persen tingkat delay mampu ditekan. Pasalnya, delay sangat bergantung pada faktor cuaca, post mayor atau kebencanaan. Tidak hanya Indonesia, di banyak negara dunia, juga masih terjadi delay pesawat.
Ia mengakui kendati AirNav Indonesia masih cukup muda namun memiliki tugas sudah sangat banyak. Karenanya, peningkatan teknologi navigasi sangat penting untuk dilakukan.
“Ini untuk meyakinkan dunia bahwa Indonesia memberikan pelayanan baik dalam navigasi penerbangan, peralatan modern dan lainnya,” ucapnya.
Selaku regulator, pihaknya tentu menjembatani kerja sama dengan negara lain, contoh dengan Amerika Serikat dan Eropa untuk peningkatan pelayanan teknologi dan efisiensi.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama AirNav Indonesia, Bambang Tjahjono menyebutkan, pertemuan dihadiri 60 delegasi dari 14 negara yang berlangsung 22-23 November 2016.
14 negara yang hadir dalam pertemuan ini adalah Australia, Singapura, Uni Eropa, Jepang, Thailand, Taiwan, Selandia Baru, Vietnam, Filipina, Indonesia, Nepal, Bangladesh, Maladewa dan Papua Nugini.
Menyinggung soal pertemuan itu, kata Bambang, cukup membanggakan karena kali pertama AirNav menjadi tuan rumah pelaksanaan acara CANSO regional Asia Pasifik.
Tentunya, sebagai perusahaan pelenggara pelayanan navigasi penerbangan yang baru berusia empat tahun tanggung jawab besar untuk mengelola ruang udara Indonesia, penting bagi AirNav untuk terlibat dalam kerja sama regional seperti itu.
Semua anggota CANSO, melayani 85 persen ruang udara di dunia. Untuk itu, dalam pertemuan ini ada beberapa hal yang dibahas, di antaranya kolaborasi ADS-B, impelentasi AIDC, kolaborasi manajemen lalu lintas penerbangan dengan mereorologi hingga penerapan Air Traffic Flow Management (ATFM).
Dalam pertemuan itu, Indonesia, saling berbagi pengalaman dan data dari ADS-B dengan negara tetangga.
Terlebih dengan FIR yang berdekatan, kolaborasi ADS-B penting dilakukan sepeti Australia menggunakan beberapa data ADS-B Indonesia demikian sebaliknya.
Beberapa kawasan yang perlu melakukan ini adalah ruang udara di atas Laut China Selatan, Samudera Hindia dan Teluk Benggala.
Selain itu, dalam pertemuan ini negara-negara yang hadir akan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pelayanan dan keselamatan navigasi penerbangan.
Kerja sama antar-operator navigasi penerbangan sangat dibutuhkan, mengingat kawasan Asia Pasifik dalam 20 tahun mendatang diprediksi akan menjadi pemimpin pertumbuhan lalu lintas penerbangan dunia, di mana diperkirakan terjadi pertumbuhan sebesar 5,7 persen setiap tahun.
Jumlah penumpang dan lalu lintas penerbangan terus bertambah dan penerbangan merupakan salah satu kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi.
“Karenanya penting operator navigasi penerbangan untuk melakukan efisiensi, meningkatkan produktifitas serta tetap mempertahankan level pelayanan dan keselamatan,” kata Bambang.
Diungkapkan, sejumlah inovasi dan program yang dilakukan suatu negara akan disampaikan dalam pertemuan ini. AirNav Indonesia sendiri akan menyampaikan program-program yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir untuk meningkatkan keselamatan navigasi penerbangan Indonesia. (rhm)