Aktif Tanggulangi Bencana, BPBD Bali Raih Penghargaan BNPB

10 Maret 2021, 21:11 WIB

Kalaksa Made Rentin menerima penghargaan dalam kesigapan menanganan
kebencanaan di Provinsi Bali, yakni Penghargaan Kepada Provinsi Bali
atas partisipasi aktif dalam penanggulangan bencana Tahun 2020/ist

Denpasar – Penghargaan dari BNPB Pusat diberikan kepada BPBD Provinsi
Bali karena dinilai cukup aktif dan terbaik dalam penanganan bencana.

Secara berturut-turut untuk ketiga kalinya BPBD Bali di bawah kepemimpinan
Kalaksa Made Rentin menerima penghargaan dalam kesigapan menanganan
kebencanaan di Provinsi Bali, yakni Penghargaan Kepada Provinsi Bali atas
partisipasi aktif dalam penanggulangan bencana Tahun 2020.

Penganugerahan Kepada Gubernur Bali atas Kontribusi Dalam Pengurangan Resiko
Bencana di Provinsi Bali Tahun 2020, serta yang ketiga adalah Kinerja dan
Sinergitas Dalam Penanggulangan Bencana Tahun 2021.

“Perlindungan dan keselamatan nyawa menjadi prioritas utama yang dilakukan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, karena bencana
bukanlah sebuah ancaman semata, melainkan sebuah tantangan yang harus dihadapi
dan secara sigap dilakukan mitigasi awal,” ujar Rentin saat menerima
Penghargaan dari BNPB Pusat, yang diikuti secara virtual dari Kantor BPBD
Provinsi Bali, Rabu (10/3/2021).

Indonesia masuk ke dalam 35 Negara yang memiliki resiko bencana tinggi. Pada
tahun 2020/ 2021 Indonesia mengalami total 3253 bencana baik berupa bencana
geologi, vulkanologi, hidrometeorologi dan bencana faktor non alam yakni
pandemi Covid-19.

Dari 500 gunung api yang ada, terdapat sebanyak 127 diantaranya yang aktif,
sehingga penting bagi BNPB dan BPBD untuk merumuskan strategi dan mitigasi
bencana yang terbaik untuk kesiapan penanganannya.

“Menilik dari sejumlah bencana dan musibah yang terjadi, pencegahan wajib
menjadi prioritas dan tidak boleh terlambat,” tutur Rentin.

Mulai dari evakuasi, penyiapan bantuan kepada masyarakat, penyiapan logistik,
pengungsian dan tenda-tendanya harus dikelola dengan baik, sehingga Indonesia
tangguh untuk menghadapi bencana selanjutnya.

Dikatakan, pengelolaan Risiko Terpadu merupakan pendekatan PRB yang
mempertimbangkan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), Adaptasi Perubahan Iklim
(API), dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) untuk mendukung penghidupan
elemen paling berisiko, yaitu manusia.

Pelaksanaan penanggulangan bencana dengan mengedepankan kearifan lokal, untuk
mewujudkan visi pembangunan daerah ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola
pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru.

Kemudian, pelibatan berbagai pihak sangat penting dilakukan karena bencana ada
urusan bersama. Konsep kemitraan multipihak atau sering disebut pentahelix
yang bersinergi dan berkolaborasi yaitu pemerintah, masyarakat, dunia usaha,
akademisi, dan media. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini