Angin Kencang Rusak Hektaran Padi Siap Panen di Jembrana

2 Juni 2016, 02:00 WIB

Padi%2BRoboh%2B 1

Kabarnusa.com – Angin kencang dan hujan deras yang melanda wilayah Jembrana belakangan ini merusak hektaran padi siap panen di Subak Yehembang, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana.

Petani hanya bisa berharap, agar tidak ada hujan sehingga padi tidak semakin rusak seperti persawahan subak Yehembang, tepatnya jalan menuju parkir Pura Rambut Siwi.

Rebahnya pada merata di seluruh petak sawah. Hanya beberapa petak yang nampak masih berdiri. Saking kencangnya angin, sejumlah padi nampak tercabut hingga terlihat akarnya.

“Kalau sudah angin kencang begini, hampir semua merata rebah,” tandas Ketut Ariwan, warga setempat Rabu (1/6/2016).

Menurutnya selain di dekat parkir Rambut Siwi itu, kondisi serupa juga terjadi di sisi utara jalan Denpasar-Gilimanuk. Awalnya hanya beberapa petak yang rebah, tetapi kini padi yang rebah meluas.

Diperkirakan lebih dari satu hektar padi yang rebah. Kondisi seperti ini menurutnya tidak bisa dicegah, karena angin bisa sewaktu-waktu terjadi. Apalagi areal sawah berdekatan dengan pantai, belum lagi curah hujan yang belakangan cukup tinggi.

Bila sudah mendung, petani mulai was-was. Mereka khawatir bulir padi yang rebah itu terendam air dan busuk.

Pasalnya, hal itu berpengaruh terhadap harga penjualan gabah.

Petani tak bisa berkutik, ketika penebas menawar harga lebih rendah dengan alasan padi rebah. Apalagi ketika padi rusak terendam air hujan.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Jembrana, I Ketut Wiratma mengatakan adanya padi rebah memang tidak bisa diprediksi.

Penyebabnya, angin kencang. Pihaknya mendapat informasi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Negara, bahwa angin kencang dan cuaca buruk yang terjadi tidak seketika atau sporadis. 

Angin cenderung berhembus dari arah Selatan (laut) dan Tenggara. Sejatinya angin ini biasanya berhembus pada bulan Juli hingga Agustus, tetapi kali ini datang lebih cepat.

Dinas masih berupaya mencari teknologi untuk mengatasi padi rebah itu. Sejatinya, sejumlah upaya sudah dilakukan seperti dengan padi batang pendek, pemilihan jenis padi yang sesuai dan sebagainya.

“Tetapi seringkali petani menggunakan jenis padi yang sama tiap tanam, padahal belum tentu kuat dan mudah rebah” terangnya. (dar)

Artikel Lainnya

Terkini