![]() |
Nengah Tamba |
Kabarnusa.com – Guna mengurai kemacetan di Bali yang kian parah muncul gagasan perlunya dibangun jalur kereta api yang menghubungkan sembilan kabupaten/kota di Pulau Bali.
“Sudah seharusnya dipikirkan pembangunan sistem transportasi kereta api. Jalur yang prioritas dibangun lebih awal adalah jalur Denpasar-Gilimanuk,” kata ketua komisi III DPRD Bali Nengah Tamba di Denpasar Selasa 9 Juni 2015.
Di memprediksi Dalam lima tahun ke depan akan terjadi kekroditan yang luar biasa dan berdampak pada kelancaran arus lalulintas di seluruh Bali.
Jalan-jalan di Kuta dan Kota Denpasar seperti kawasan jalan Teuku Umar Denpasar, kemacetan tidak akan bisa dihindari lagi.
Jalur kereta api yang dibangun tersebut sebaiknya menggunakan sistem tiang pancang sehingga tidak menghabiskan lahan banyak mengingat biaya pembebasan lahan di Bali cukup besar.
Dengan sistem tiang pancang biayanya akan jauh lebih murah.
Bali harus tetap memikirkan infrastruktur dan dirancang secara matang sehingga tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan.
Kata dia, dDalam rancangan infrastruktur selama ini, hasilnya kurang bagus.
Kawasan jalan Teuku Umar Denpasar sampai Teuku Umar Barat. Sekarang sudah semrawut.
Hal itulah yang harus diantisipasi dalam pembangunan jalur kereta api ini yang dipastikan akan menembus kawasan hutan di Jembrana.
Kalaupun menembus hutan harus tetap kawasan hutan itu terjaga sehingga tidak akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dan munculnya gelombang protes di masyarakat,” ujar politisi Partai Demokrat asal Jembrana ini.
Rancangan pembangunan jalur kereta api ini harus benar-benar matang seperti halnya perencanaan penataan pembangunan pariwisata di kawasan Bali Tourism Development Center (BTDC), Nusa Dua Bali.
“Toh, penataan tersebut dirancang oleh manusia. Kalau pembangunan jalan kereta api ini dirancang dengan matang, bagus, dipastikan hasilnya akan sama halnya dengan penataan kawasan BBTDC Nusa Dua,” imbuhnya. (kto)