![]() |
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho (kiri) menghadiri High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Kabupaten Jembrana/ist |
Jembrana – Kabupaten Jembrana diharapkan bisa lebih berfokus pada
sektor pertanian dan mendorong industri pengolahan dengan mengembangkan
hilirisasi produk pertanian.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menyampaikan
itu saat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di
Kabupaten Jembrana, Senin 8 Maret 2021.
Rapat dipimpin Bupati Jembrana, I Nengah Tamba dan Kepala Kantor Perwakilan
Bank Indonesia, Trisno Nugroho, serta diikuti oleh seluruh anggota TPID
setempat.
Trisno mengapresiasi kehadiran Bupati Jembrana selaku pemimpin rapat HLM hari
ini. Hal ini sesuai dengan arahan Kementerian Koordinator Perekonomian selaku
Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP).
Kehadiran Bupati/Wakil Bupati dalam rapat TPID sebagai wujud komitmen Kepala
Daerah atas pelaksanaan program pengendalian inflasi di daerah serta akan
mendapat penilaian yang tinggi pada aspek proses dalam penilaian TPID Award.
Kemudian, Trisno memaparkan kondisi perekonomian dan inflasi Provinsi Bali,
perekonomian Jembrana sekaligus perkembangan harga pangan strategis di
Kabupaten Jembrana.
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV 2020 tumbuh -12,21% (yoy), sedikit
membaik dibanding triwulan III 2020 yang mencapai -12,32% (yoy).
Kinerja ekonomi Jembrana di tahun 2020 tercatat tumbuh sebesar -4,96% (yoy),
mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun
sebelumnya yang sebesar 5,56% (yoy).
Lapangan usaha utama perekonomian Jembrana adalah pada sektor pertanian
(21,81%), transportasi (14,42%) dan Akmamin (12,27%).
Oleh karena itu, perlu didorong agar kabupaten Jembrana dapat berfokus pada
sektor pertanian dan mendorong industri pengolahan dengan mengembangkan
hilirisasi produk pertanian.
Hal ini dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian sehingga akan
meningkatkan daya jual atau daya saing komoditas ekspor, seperti padi, kakao
dan ikan, yang tentunya akan berdampak pada perekonomian kabupaten Jembrana.
Kata Trisno, dari sisi perkembangan harga, Provinsi Bali mengalami deflasi
-0,15% (mtm) pada Februari 2021. Meski demikian, beberapa komoditas pangan
justru mencatat kenaikan harga, diantaranya cabai rawit, cabai merah, daging
babi, sawi hijau dan bayam.
Mengantisipasi Hari Raya Nyepi, empat komoditas yang perlu dicermati ialah
telur ayam ras, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit.
Hal ini terutama disebabkan oleh periode perayaan Nyepi yang berlangsung pada
triwulan I di mana pasokan masih belum optimal akibat curah hujan yang tinggi,
serta peningkatan permintaan menjelang hari raya.
Perkembangan harga cabai rawit dan daging babi masih terus mengalami tren yang
meningkat, seiring dengan keterbatasan pada kedua pasokan tersebut. Bank
Indonesia merekomendasikan sejumlah kebijakan untuk pengendalian inflasi ke
depan .
Pertama, pelaksanaan program pengendalian inflasi sesuai kewenangan OPD dengan
tetap mematuhi protokol kesehatan COVID-19. Kedua, TPID menjamin kecukupan
pasokan, kestabilan harga dan kelancaran distribusi sebelum pelaksanaan hari
raya Nyepi dan Isra Miraj.
Ketiga, mendorong kerja sama antar daerah kemudian keempat mendorong
pembentukan BUMD pangan. “Kelima pemanfaatan aplikasi digital dalam teknologi
pertanian, pemantauan harga dan penjualan hasil pertanian,” tandas Trisno.
Bupati Tamba menyebut, memasuki awal tahun 2021 dimana curah hujan yang cukup
tinggi menyebabkan bencana banjir di beberapa kota dan daerah yang mengganggu
tingkat produksi dan distribusi dari daerah pemasok menuju daerah yang
dipasok.
Pihaknya menghimbau seluruh unsur TPID Kabupaten Jembrana dapat mengambil
langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi permasalahan tersebut, karena
pada bulan Maret akan terdapat perayaan hari besar keagamaan yaitu Hari Raya
Nyepi dan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW serta Hari Raya Galungan dan Kuningan
pada bulan April yang akan datang.
“Diharapkan dengan langkah antisipasi yang tepat, dapat menjaga stabilitas
harga dan ketersediaan bahan pokok di Kabupaten Jembrana,” kata politikus
Partai Demokrat ini.
Dalam kesempatan sama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Jembrana, I
Wayan Sutama, mengatakan adanya wabah virus African Swine Flu (ASF) pada
ternak babi masih berpengaruh terhadap keterbatasan pasokan komoditas daging
babi di pasar.
Curah hujan yang tinggi membuat pasokan cabai rawit terganggu. Upaya
Pemerintah Kabupaten Jembrana berupa pemberian bibit cabai kepada masyarakat
dinilai belum mampu menekan laju kenaikan harga cabai rawit.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
Kab. Jembrana, I Komang Agus Dinata, mengatakan daya beli masyarakat yang
masih belum pulih serta keengganan pedagang dan distributor untuk menambah
stok cukup berpengaruh terhadap keterbatasan pasokan dan kenaikan harga
terutama cabai rawit.
Sebagai upaya mengendalikan harga akan dilakukan pasar murah di kalangan ASN
Pemkab. Jembrana pada hari Jumat mendatang sebelum hari raya Nyepi.
Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Kab. Jembrana, I Gusti Ngurah
Sumber Wijaya menegaskan perlu adanya MoU kerjasama antar daerah dengan
kabupaten lain di Provinsi Bali guna mendukung ketahanan pangan di Kab.
Jembrana maupun di Provinsi Bali.
“Apabila diperlukan MoU di luar Provinsi Bali, agar dapat difasilitasi oleh
TPID Provinsi Bali,” imbunya. (rhm)