Bocah Panti yang Disodomi “Sersan” Khawatir Hamil

18 Maret 2015, 12:26 WIB
siti%2Bsapurah
Siti Sapurah kuasa hukum bocah yang disodomi

DENPASAR – Ada hal menggelitik terucap dari mulut RA (10) anak Panti WB di beralamat di Jalan Kebo Iwo, Denpasar, setelah diduga disodomi pengasuhnya Eko Sihaaan, dia khawatir apakah akan hamil. “Iya korban bilang, setelah dibegitukan apa nanti bisa hamil,” tukas Siti Sapurah kuasa hukum korban dihubungi wartawan Rabu (18/3/15).

Pertanyaan polos bocah laki-laki asal Bangka Belitung itu karuan memancing senyum dan kuasa hukum yang kemudian menenangkan dan meyakinkan bahwa kekhawatiran korban tidak akan terjadi. Dikisahkan, sebelum korban mengalami sodomi oleh pria yang disapa Sersan di panti asuhan itu, lebih dahulu beberapa kali mengalami tindakan pencabulan.

Berdasar pengakaunnya, sebanyak tiga kali dalam waktu berturutan, siswa di SD kelas 2 itu, mendapat perlakuan tak senonoh dari pelaku mulai rabana hingga ciiuman pada pagi atau malam hari. “Sebelum berangkat ke sekolah korban pernah diraba dan diciumi di dalam kamar,” sebut aktivis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar itu.

Aksi bejat pelaku berjalan mulus lantaran, korban yang maish di bawah umur itu mendapat ancaman seniornya agar tidak melaporkan kejadiannya kepada siapapun. Tanya RA, diduga ada anak panti lainnya yang menjadi korban aksi bejat Sersan yang tengah menjalani pemeriksaan di Mapolresta Denpasar.

“Sebelum perbuatan sodomi dilakukan, suatu kali korban diajak menonton film biru atau porno yang dikatakan rahasia, Korban bertanya kenapa menonton film yang dikatakan rahasia itu,” kata Ipung menirukan korban.

Diletahui, pelaku yang asal Medan, Sumatra Utara itu, di Yayasan Balai Keselamatan itu dipercaya sebagai pengasuh dan kerap menggunakan peralatan kantor berupa laptop untuk berbagai keperluan. Pelaku mengajak korban menonton film porno di laptop yang selama sering dibawa pelaku.

Dengan kejadian itu, pihaknya berharap pelaku ditahan karena dikhawatirkan jika tetap berada di panti, bisa melakukan perbuatan serupa dan membuat anak panti lainnya ketakutan. “Sampai sekarang, korban takut ke panti karena masih trauma dengan kejadian yang menimpanya,” imbuh aktivis Lentera Anak Indonesia itu. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini